Yogyakarta punya kekuatan magis yang berbeda. Ia mampu menempelkan kutukan pada orang yang datang padanya. Dari kutukan itu, mereka yang datang akan terus merindukan Yogyakarta. Lalu ketika mereka rindu, manusia itu mulai mengutuki dan menyalahkan Yogyakarta. Mengapa begitu mudah merindukan Yogyakarta, kata mereka. Mereka-mereka itu menganggap Yogyakarta mampu memanggil kembali kenangan-kenangan bersama pasangan masing-masing. Bagi yang masih bersama, kenangan-kenangan itu akan menjadi manis. Membuat mereka merindukan kembali ke Yogyakarta. Bagi yang telah berpisah, proses move on mereka seketika hancur ketika tiba di Yogyakarta. Mereka akan dengan rela mengunjungi tempat-tempat yang menjadi kenangan saat masih bersama. Aku hanya bisa berkata, kalian ini adalah orang-orang yang menyiksa diri!
******
Salah satu bagian tak terpisahkan dari Yogyakarta adalah kenangan mereka saat menikmati senja bersama. Senja-senja akan menjadi lembaran dari cerita indah mereka. Kombinasi senja dan Yogakarta adalah kombinasi yang mematikan.
Tak kaget jika Yogyakarta menjadi salah satu tujuan wisata yang menjadi prioritas dalam branding Wonderful Indonesia. Langit-langit sore di Yogyakarta bisa menjadi sangat romantis. Tidak kalah dengan Bali atau Lombok.
Baca juga: Swastamita Candi Ijo yang Tak Berubah
Pantai Cemara Sewu

Di sebelah barat Pantai Parangtritis, dalam gugusan pantai yang sama, Pantai Cemara Sewu memiliki lanskap sedikit berbeda dengan pantainya yang lebih curam. Aku ke sana dengan seorang teman yang baru saja datang dari Surabaya dalam keadaan lelah. Selepas menjemputnya di hotel, kami kemudian bersama menikmati warna langit merah di Pantai Cemara Sewu meski saat itu matahari tampak bersembunyi di balik awan kelabu.


Ia mengatakan lelah perjalanannya menghilang sepulang kami dari sana. Betapa matahari senja di Cemara Sewu mampu menyedot kelelahan dan kepenatan manusia.

Baca juga: Aku Jatuh Cinta Padamu, Pantai Sundak
Laguna Pantai Depok

Bukan Pantai Depok, melainkan Laguna Pantai Depok. Lokasi yang menjadi salah satu tempat GenPI, komunitas bentukan Kementerian Pariwisata, menjalankan program pasar dan destinasi digitalnya. Meski saat itu aku ke sana tidak pas saat GenPI menyelenggarakan pasar digitalnya. Aku tak perlu meragukan komunitas sekelas GenPI dalam memilih lokasi yang akan digunakan mereka. Karena memang nyatanya, tanpa adanya pasar digital GenPI, Laguna Pantai Depok sudah memberikan pemandangan menawan. Suasana laguna sungguh tenang saat itu. Hanya ada beberapa orang saja. Ditemani angin sore, masing-masing dari kami sibuk dengan aktivitas sendiri-sendiri. Ada yang sibuk berfoto ria, memotret rekan atau anggota keluarga yang lain. Ada juga yang sibuk dengan pikiran-pikiran sendiri. Senja yang disuguhkan sungguh menenangkan.



Baca juga: Selamat Minggu Pagi, Yogyakarta
Adikarto Flatland

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sebetulnya menyiapkan sebuah rencana besar terhadap Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten yang berada di barat ini dipersiapkan menjadi salah satu kabupaten tersibuk nantinya. Salah satu kecamatannya yang tampak kurang produktif kemudian disiapkan menjadi kawasan industri yang akan menyerap banyak tenaga kerja dari daerah sekitar. Ditunjang karena semakin padatnya Bandara Internasional Adisucipto, bandara baru dipersiapkan di sisi selatan, dekat dengan pantai. Bandara dengan kapasitas yang lebih besar dari bandara yang ada sekarang siap dibangun di Kulon Progo. Rencananya, bandara tersebut akan diberi nama New Yogyakarta International Airport (NYIA). Ditambah lagi dengan rencana mengaktifkan kereta bandara yang menyambungkan antara Stasiun Tugu Yogyakarta dengan NYIA. Sementara itu salah satu kekurangan yang tidak dimiliki Provinsi DIY adalah keberadaan pelabuhan.

Pemerintah provinsi bergerak cepat dengan menyiapkan lahan di pantai. Bertajuk Pelabuhan Tanjung Adikarto, pemerintah membangun dermaga-dermaga yang nantinya akan digunakan kapal bersandar. Namun sayang, entah perencanaan yang kurang matang, pelabuhan ini justru berhenti pembangunannya. Meski begitu, rupanya Adikarto tak begitu saja sia-sia. Sekarang banyak warga sekitar yang menghabiskan waktu sore harinya di sana.
Aku diajak Mbak Rini, salah satu blogger yang tinggal di Yogyakarta untuk pergi ke sana. Nyatanya meski aku setiap hari Senin pergi ke Kulon Progo, pantai-pantainya belum pernah aku sentuh. Pantai Glagah yang sudah terkenal dengan pemecah ombaknyapun aku hanya lewat saja.

Mbak Rini begitu bangga dengan Tanjung Adikarto. Adikarto Flatland, begitu orang-orang menyebutnya. Di dermaganya banyak orang memancing ikan. Sementara di ujung, pemecah ombaknya bekerja menghalangi ombak laut selatan yang ganas. Inilah daya tarik utama Adikarto Flatland. Ombak-ombak yang ganas itu diredam secara paksa oleh pemecah-pemecah ombak. Ombak terpecah, muncrat hingga ke atas menampilkan suasana dramatis. Semakin dramatis lagi ditambah dengan pendar cahaya warna merah dari langit senja.
Pantai Parangtritis

Entah sudah berapa kali aku mendatangi pantai ini. Semenjak dulu ketika masih SD hingga saat ini tinggal di Yogyakarta. Akupun tak pernah bosan meski banyak di antara mereka yang meremehkan karena sudah pernah ke sana. Tak sedikit pula yang menghindari Parangtritis karena banyak orang. Namun di Parangtritis, langit-langit kelabu senantiasa diubahnya menjadi memerah seperti wajahmu yang tersipu. Ruang-ruang pikiran yang kalut dibuatnya tenang dan damai.


Saat akhir tahun, ketika hari-hari di Yogyakarta hampir selalu hujan, Parangtritis masih siaga dengan keindahan senja. Aku bersama temanku yang sedang berbulan madu datang ke Parangtritis tepat pada akhir tahun. Mulanya aku menyangka akan hujan, karena langit cenderung kelabu. Namun semakin ke selatan, langit menjadi lebih cerah. Cahaya matahari semakin memerah, menghangatkan suasana. Entah magis apa yang diberikan oleh Parangtritis sehingga ia tak pernah sendu oleh awan-awan kelabu.


Aku percaya, Parangtritis tak akan pernah kehilangan magis.
******
Setiap sudut Yogyakarta sejatinya memiliki ceritanya masing-masing. Jika setiap kisah itu dituliskan pada lembaran-lembaran kertas, aku percaya akan terbit buku berjilid-jilid dalam berbagai versi yang menyimpan setiap ceritanya. Salam Wonderful Indonesia!
******
Aku percaya masih ada keindahan di Indonesia yang lain. Aku percaya, ada banyak cerita yang belum disampaikan kepada dunia tentang keindahan di Indonesia. Mari bersama sebarkan keindahan Indonesia dan menangkan hadiah jutaan rupiah dengan ikut dalam lomba blog Wonderful Indonesia. Silakan klik tautan ini untuk info lebih lanjut.
Kutukan rindu
Iyaaa hahaha
Apa aku termasuk orang yang menyiksa diri? Ah ya, senja pantai cemara sewu emg bikin rinduuu.. Semoga menang ya mas, aamiin
Ya menurut nganaaaaa. Daripada di Jogja cuma “duh aku pernah nih ke sini sama mantanku”
Hadeeehh.
Foto sama pasangan sendiri mana mas~
Menyusul nggolek pasangan e sek mas~
Gilaaaa cantiknya. Ini Jogjakarta, negeri pantai dengan pesonanya aduhai. Untuk cari sunset gak perlu jauh-jauh ya Mas Gallant, ke Jogja aja …👍👍
Hehehe iyaa Uniii 🙂
sialnya
aku juga kena kutukan itu
aku rindu jogjaaaaaaaa
Nahh. Satu korban sudah mengaku wkwk
Surga! Satu kata dari ratusan kata yang sudah terketik sejak tadi.
Hehehe. Indonesia memang paradise sih 😀
Lupa satu … Semoga memang! 🤗
Waahh terima kasih, Tante 😀
Amin 🙂
Ku berkali-kali nyunset ke Parangtritis dan selalu dapat warna senja yang berbeda. Mulai dari kelabu, emas, biru, jingga, pink, makanya aku suka banget Parangtritis. Walau katanya pantainya gitu-gitu aja tapi sunsetnya cakep.
Aku juga nggak ngerti kenapa banyak yg bilang Parangtritis gitu gitu aja. Padahal ya Parangtritis ramai kan karena emang buagus. Apalagi pas senja.
Sebagai orang yang punya mantan wong jogja, paragraf pembukamu langsung menampar diriku T.T
Apaaaahh Ci Len punya mantan orang Jogjaaaa? Wahh dobel dobel ituuu.
ngeriiiii foto2 sunsetnya.
tapi untuk untuk beberapa foto yang berulang, mungkin bisa dibedain angle atau komposisinya kali ya, biar gak terlalu repetitif
Ho’oh mbak. Aku kurang kreatif nek urusan foto memfoto :((
Entah mengapa waktunya pas sekali. Disaat aku merindukan jogja dan kini kau upload foto foto yang seksyyy ini. Menjadikanku tertarik kutu-kutu itu dengan kuat untuk mengunjunginya kelak.
Sebagai bentuk pertanggung jawaban dirimu, maka sudihlah sebagai guide nanti jika di sana. Hehe
Hahaha. Kalau akhir akhir ini sering hujan, Bu. Mau mau aja jadi guide tapi nggak bisa nyetir mobil nih. Gimanaaa wkwkw
Wahh keren ada tempat kek gini di yogyakarta
banyaaakk. belum yang di gunung kidul lho 😀
Ahhhh gunung kidul mahh emang banyak bangettt tempat wisatanya, gak pernah bosen deh
Hehe iyaa. Gunung kidul banyak pantai baru terus
Waaa aku yang belum pernah yang Tanjung Adikarto. Kemarin cuma mampir di Pantai Glagahnya.
Pantai Parangtritis ke barat, termasuk pantai-pantainya Kulon Progo itu memang ideal sih buat “nyenja”. Selain ga kehalang-halang bukit, karang dan sebagainya, gimana ya… Bentuknya tu luas, landai ke berbagai sisi.
Oh ya, favorit banget kalau ada banyak awan bergantung-gantung berarak-arak, habis itu ketemu senja yang dramatis. Ah iya, takakan terlupa.
Sayangnya, untuk pantai-pantai yang kurang terawat, di pinggirannya banyak sampah. Entah kayu, sampah plastik, jadi memgurangi kekhidmadan wkwk.
Tapi tetap suka senja, di batas selatan Yogyakarta.
Itu Mbak Rini yang ngajakin ke Adikarto. Aku awalnya juga minta ke Glagah malah haha.
Ah iya ya? Bener juga sih. Kemarin habis dari GunKid meskipun nggak nyunset tapi banyak sampah 🙁
udah pernah ke parang triris. Pas kesana, tipikal pantai selatan. Ombaknya gede banget, anginnya kenceng dan gerimis. Kalau inget malah serem, datang di saat yang tidak tepat.
Coba datangya sore, Teh. Saat nggak terlalu tinggi ombaknya.
Yang jelas, pantai selatan memang nggak boleh dipakai berenang 🙂
kalau liat beginian memang bawaannya galau apalagi ke sananya bukan dengan orang tersayang hiks jadi ingat sunset di Belitong
Wahh belom pernah ini sunset di Belitong.
sama aja sih, ada mataharinya wkwkwk
eh itu indri sama suami ngapain sore sore di pantai…
pikiran saya awal liat foto dan captionnya jadi yang kagak kagak wkwkwkkwk
Lho gimanaa. Wkwkw.
Iya mereka emang gila sih wkwk
Prolog tulisanmu disimpan ya, Lan. Sangat menarik dijadikan bagian dari ceritamu kelak, mungkin bikin novel atau karya tulis apa pun.
Apalagi diselipkan swastamita. Dicetaklah! Bikin buku album dewe 🙂
Wow. Sebuah pujian luar biasa. Terima kasih, Rifqy.
Ahahaha. Berat nek bikin buku. Nek album dewe boleh lah. Tutorial menggunakan NAPOLI dan LIVERPOOL dalam PES2018 :))
Wakakakakaka
Menurutku bukan sebuah kekurangan jika Yogyakarta tidak punya pelabuhan. Lah emang dari dulu sejak zaman baheula Yogyakarta bukan kota pelabuhan. Pelabuhan-pelabuhan besar di Pulau Jawa justru memang terletak di bagian utara. Emang rute maritim sejak mbah-mbah biyen nggak lewat pantai selatan.
Ah lihat foto-fotomu jadi pengen ke Yogyakarta khusus jelajah pantai. Tapi engko susah muvon piye.
Nah setuju banget, Mas Alid. Memang Yogya tidak dicetak sebagai daerah pelabuhan. Apalagi pantai selatan yang ganas ombaknya, dan lanskap pantai Yogya kebanyakan curam. Cuma entah kenapa itu dulu Pemprov berhasrat untuk bangun pelabuhan laut kayak Tanjung Perak gitu.
Wes lah hajar. 😀
Jarang nyunset sih kalo ke jogja 🤔
Etapi sunset paling kuinget itu malah di Titik Nol Kilometer. Itu pas baru-barunya aku menginjakkan kaki di jogja seorang diri wkwkwk.
Kalo ga salah setelah letusan gn kelud, karena sepanjang malioboro masih ada sisa2 hujan abu.
Oh ya bener banget mas Jo. Sunset di kota nggak kalah ciamik!
Waktu itu belum kenal Mbak Rini ya? *eh
Aku lagi 1 kali ke parangtritis yang benar benar sampai ke bibir pantainya mengingat jarak. Kalau Glagah sama Tanjung Adikarto mah hmmm 5 menit dari kantor sampai. Pas masih kerja ngintip bentar, kalau bagus cus mampir. Sekarang lebih suka di deket proyek tapi, ada pantulan cahaya dari crane gitu bagus. Cuma debunyaaaa
Pakai masker dong, Mbak 😀
Ah iyaaa enak banget pulang ngantor kalau sunset bagus, mampir sisan wkwkw
Oyaa selain itu juga mampir, beli yutuk buat mbak Dwi wkwkwkw
Ahahaha. Mantapp
Wah keren banget, Mas. Warna langitnya mantap.
Yogyakarta emang kaya akan pemandangan yang luar biasa dan tempt wisatanta serasa gak pernah habis
ahaha iya, mas 😀
Gilingan ini mah senja semua bikin envy, gallaaaaannnttt
Oi oi oii.. Makasih, Kak Ejiii
Sebetule aku malas lanjut baca sampai selesai setelah baca prologmu mas. Soale aku salah satu orang yg kena kutukan itu…duh, kami rindu jogja…hihihi
Aku pernah sunsetan di bukit parangndog (bener ga?). Viewnya laut dan pantai parangtritis. Mantaap banget sunsetnya pas itu. Apalagi bareng seseorang pas itu 😀
Waaahh baca sampai habis dong, Mas 😛
Waduw. Iya bener Parangendog. Terus habis itu kapok nggak main ke Bukit Parangendog? Wkwkwkw
Yang penting nanti pas ke Parangendog nggak ada niatan buat terjun bebas aja :p
Dan dulu aju suka menyiksa diri, menyusuri jalanan Jogja sendirian sambil berkaca kaca, hahaha, untung sekarang pas udah tinggal di Jogja dah move on donk
Hadeeewww.
Justru karena tinggal di Jogja malah jadi move on ya, Mbak? Wkwkw
Jogja memang selalu bikin rindu, dan dari kopi Joss yang ada di Jakarta saja aku sudah sangat kangen dengan Jogja mas
monggo bang, ke jogja lagi kalau kangen.
ketemu ratu pantai selatan ga heheee
waduuwww.. ratunya ada di hati *eh
Aku belum kesampaian main ke pantai-pantai yang ada di Yogyakarta. Gak tahan, kalau nikmati senja kayak gini diantara kesendirian hahaha
Wuahh. Justru menikmati senja kayak gini sendiri itu enak banget hahahaha.
Eh, jadi Pantai Depok dan Laguna Pantai Depok itu deketan atau bener-bener berjauhan juga?
Kenapa ya proyek pelabuhannya terhenti, mungkinkah korupsi? 😀
Deketan, Mas Nug. Paling nggak sampe sekilo kok.
Hmm. Soal proyek pelabuhan, dari pendapatku karena memang lahannya tidak cukup sesuai dengan pelabuhan. Seperti kata Mas Alid, kalau memang pantai di Jogja itu kurang cocok untuk dijadikan pelabuhan. Jadi wajar aja kalau memang nggak ada pelabuhan besar di Jogja macem Tanjung Mas atau Tanjung Perak.
Sunset Parangtritis memang tiada dua ya. Bikin gagal move on sepanjang masa. wkwkwk
Wkwkwkw emang Mas Aji gagal move on sama siapa di parangtritis?
iya bener, jogya sukses bikin siapa aja yg sudah kesana, pengen ke sana dan kesana lagi
Betul 🙂
Aku belum pernah ke Adikarto Flatland nih. Rupanya pantai-pantai di Barat Jogja keren juga ya
Mungkin karena di sisi barat, mayoritas pantai curam, jadi kebanyakan pakai pemecah ombak dan itu jadi beda lagi rasanya, Mas 😀