Perjalanan dari hotel di Gombong menuju Gua Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen cukup ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam. Menurut perhitungan kasar mungkin hanya 45 menit saja perjalanan kami.
Tidak. Kami tidak menuju ke Gua Jatijajar. Belum lebih tepatnya. Kami sedang menuju ke Gua Barat untuk menelusuri aliran sungai bawah tanah dari dalam gua. Tempat parkir yang disediakan hanyalah di area parkir Gua Jatijajar. Selanjutnya kami akan naik mobil bak terbuka. Mengingatkanku saat masih SMP, aku pernah menumpang mobil bak terbuka seperti itu karena terlalu malam dan kehabisan mobil angkutan umum. Seru!

Hari ini adalah hari ketiga atau hari terakhir pelaksanaan Familiarization Tour dari Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah. Aku dan beberapa blogger lain diberi kesempatan untuk menjajal serunya menelusuri aliran sungai bawah tanah di Gua Barat.
Parkir kendaraan hanya disediakan di area parkir Gua Jatijajar. Setelah itu kami harus berganti dengan kendaraan lokal berupa mobil bak terbuka. Layaknya siswa yang nebeng pada kendaraan seperti ini untuk pulang. Tapi tak butuh waktu lama, dari area parkir utama menuju titik mula penelusuran hanya kurang dari lima menit.
Ini memang bukan kali pertama aku menelusuri gua. Yang pertama adalah saat aku bersama Hannif, Reza, Mbak Dwi, Mbak Aqied, Mas Tom, dan Mas Marsudi menjelajah Kalisuci bertajuk “Cave Tubing“. Tapi jika aku dihadapkan dengan berjalan kaki menelusuri gua yang berisikan aliran air sungai bawah tanah, inilah kali pertamaku.

Kata “Barat” yang tersemat setelah kata Gua dalam Gua Barat ini tidak merujuk pada lokasi. Bukan karena berada di daerah bernama Barat, atau karena lokasinya berada di sebelah barat. Melainkan Barat yang memilik makna “angin” dalam bahasa Jawa. Aku sendiri tak cukup asing mendengar angin yang disinonimkan dengan barat.
Kami mulai peregangan otot-otot. Ini menjadi syarat mutlak dan wajib dilakukan bersungguh-sungguh. Kegiatan ini menuntut ketahanan fisik. Tak bersungguh-sungguh maka rawan kram. Tak ingin terjadi pada diri kita, bukan?

Aku harus menyesali karena setelah lulus kuliah tak pernah lagi bersentuhan dengan peralatan olahraga. Futsal tak pernah, bahkan sekadar lari pagi atau sore pun tidak. Tubuh ini serasa kaku saat aku melakukan pemanasan. Otot-otot yang ditarik seperti dibangunkan kembali. Tubuh menjadi hangat.
Kami layaknya kumpulan anak kecil yang berebut jajanan dari orang tua kami saat pembagian pelampung. Kami berebut untuk mendapatkan jaket pelampung baru dan sepatu yang sesuai dengan ukuran kaki kami. Aku mengambil pelampung berwarna merah dan sepatu berukuran empat puluh dua. Sepatu khusus berbahan karet, berwarna putih, dan bertali adalah salah satu wujud keselamatan yang diterapkan dan wajib dipatuhi. Bahkan beberapa blogger terpaksa menanggalkan sandal atau sepatu gunungnya. Termasuk aku. Sayangnya aku tak terbiasa mengenakan sepatu tanpa kaos kaki. Aneh rasanya.
Kami diberi arahan dan dibagikan botol air minum ukuran tanggung sebagai bekal selama penelusuran kami. Selanjutnya, kami menuju ke pintu gua.

Formasinya 3:1, 3 pengunjung didampingi 1 pemandu, satu per satu memasuki gua. Tapi formasi tersebut tak berlaku selamanya. Kondisi di lapangan, maksudku di dalam gua, mengubah semua. Kami tak beraturan. Hanya berbaris, mengantre. Pemandu kami sekarang berada di samping kami, bukan di antara kami.
Mulanya, air hanya sebatas mata kaki. Tapi semakin ke dalam rupanya semakin tak tertebak. Ada yang dangkal ada yang mencapai sebatas pinggang orang dewasa.
Lantai dasar gua merupakan perpaduan antara licin dan tajam. Berbahaya. Kami harus berhati-hati. Salah menginjak kami bisa saja terpeleset, seperti mbak Aya. Memang keputusan tepat mengenakan sepatu ini jika dibanding dengan sandal atau sepatu gunung. Mungkin akan lebih tepat mengenakan sepatu khusus untuk jelajah gua. Ya pasti akan berdampak pada biaya yang membengkak.

Kelelawar menyambut kami. Suara decitnya cukup terasa. Maafkan kami yang mengganggu tidurmu hari itu. Kelelawar memang menyenangi tempat yang gelap dan lembab seperti ini. Samar tercium bau guano cukup menyengat.
Sebelumnya, kami sudah mendapat peringatan untuk berhati-hati. Terutama saat akan berpegangan. Kami tak diperbolehkan memegang batu yang masih “tumbuh” atau pipa putih kecil. Ya, batu tersebut masih bisa tumbuh memanjang ke bawah. Membentuk stalaktit di langit-langit goa. Sementara pipa putih tersebut merupakan pipa aliran air yang digunakan oleh warga sekitar. Salah memegang, batu tersebut “mati” atau kami akan dimarahi oleh warga karena pasokan airnya tersendat.
Gua Barat terkenal juga dengan sebutan Gua 100 air terjun. Tentu julukan ini berdasarkan banyaknya air terjun di dalam gua. Ada yang kecil, ada juga yang cukup tinggi, dan yang paling tinggi mencapai 32 meter.

Aliran air yang tak menentu dan berwarna coklat -karena semalam Kebuman dan sekitarnya diguyur hujan deras- membuat kami benar-benar harus mematuhi perintah pemandu. Lampu senter yang dibawa pemandu pun tak mampu menembus coklatnya air. Kami tak dapat mengetahui kedalaman air. Apalagi kedalaman hati. Terkadang kami bisa berdiri dengan tegak, tapi di tempat lain kami harus melawan arus air setinggi pinggang bahkan ada yang sampai leher. Jika tak memakai pelampung, Vanisa mungkin sudah tenggelam.
Perjalanan tak selalu lancar. Kami beberapa kali harus berhenti sekedar untuk antre dan sesekali aku harus berhenti mengeluarkan kerikil-kerikil kecil dari dalam sepatu. Cukup mengganggu. Dan saat-saat seperti ini, pemandu kami bermain air. Mereka memukul-mukul air sampai membentuk nada-nada yang nyaring. Jika diniatkan mungkin bisa menjadi alat musik dengan aliran musik dangdut. Sangat menghibur kami. Apalagi tidak ada di antara kami yang bisa meniru mereka.

Perjalanan baru mencapai tak lebih dari dua pertiga total perjalanan tapi kami sudah cukup lelah. Aku terutama. Dampak tak pernah berolahraga selama ini terasa sekali. Ditambah air minum bekalku hanyut entah ke mana. Waktu jua yang memaksa kami untuk kembali. Sebagai muslim, wajib bagi kami untuk menunaikan salat jumat. Kami segera keluar, membilas tubuh kami dengan air bersih, berganti pakaian dengan yang lebih bersih, makan pecel Kebumen dan tempe mendoan, kemudian menunaikan salat jumat. Berharap diberi kesehatan dan kesempatan untuk berkunjung ke Gua Barat kali lain. Menjelajah hingga bertemu air terjun setinggi 32 meter itu.
nb: demi keamanan, hanya kamera tahan air yang sebaiknya digunakan saat melakukan susur goa ini.
Tulisan lainnya dapat dibaca di:
- Ardian Kusuma – Gua Barat, Gemuruh Perut Karst di Gombong Selatan
- Hannif Andy – Mengejar Superman’s Big Sister
- Taufan Gio – Pantai Menganti | Salam dari Selatan
kecamatan Ayah, baru tahu ada nama kecamatan ini
iyo mbak, aku juga baru tau. ada juga kecamatan Bener tapi beda kabupaten wkwkwk
aku bener2 g dapat kelelawar. gegara tim kalian paling depan kali ya. terus g dapat kelelawar. malah ada yang sengaja menjatuhkan kotorannya ke tanganku.
harusnya pakai sepatu boat model pekerja bangunan gt mas gal. bawahnya keras. jadi enak buat susur goa. tanganku mberet2. haha
ha yo kui kudune pake baju begitu. tapi mengko masuk e tambah mihil 🙁
normalnya masuk gua itu di atas 200 rb. wkwkw. gua jomplang 450 rb. Goa buniayu juga 400 rb. haha. lha wingi jare bapake, baju2 gua ne pada rusak e
hahaha ya berarti next time laaah.
masa sih ga nemu kelelawar. sha justru kenyang banget liat kelelawar ahaha
tapi kata bapanya. masuk goa itu 50ribu doang loh perorang. minimal 6 orang. meski kurang dari 6 orang, bayarnya harus tetep 300ribu dengan dua orang guide.
btw, wajah dingiinnyaa 😀
wajah kedinginnya kayak pengen ditampol banget ya kak :p
nemuu. aku nemu kelelawar 😀
Gua Barat memang masih asing bagiku. Yang moncer daridulu kan jatijajarnya ya?
Baca ceritamu seruuu mas, detail banget gitu. Didukung poto² air terjun di dalam gua dan poto kedinginanmu itu. Wkwk.
Htm berapa kalau mau susur gua nya?
Ya siapa tau pas main ke kakak iparku iso mampir
htm-nya bisa dibaca ditulisannya Hannif mbak 😀 heheheh
memberikan informasi harus detil kayak kalo lagi stalking gebetan mbak (padahal ra nduwe gebetan)
Menarik untuk dikunjungi ini. Siapa tau pas lagi mengunjungi Kebumen bisa ke sini. Ada banyak potensi di Kebumen yang belum tereksplor.
betooollll.. kemaren sama ibu ibu dinas pariwisata kebumen juga dibilang gitu. 😀
Wasyem fotoku cuman keliatan helmnya doang
hahahahaha salahkan yang motret ae mas :p
Saya malah agak was-was ketika para pemandu bermain air guna membentuk suara seperti irama dangdut tersebut, bukanya gak mau goyang, namun dikhawatirkan muncul resonansi yang berlebihan di dalam gua.
iya juga siii. mungkin bisa jadi masukan buat pengelola ya mas 😀
Aku kayaknya nggak berani kalau caving di gua yang basah gini. Kalau yang kering masih berani dah. cuma kalau isinya air semua, nanti dulu~~ Tapi kalau diajakin kesini mau deh, ngintip doang tapinya yak 😀
seru asli mas hahaha. seriuusss. apalagi nanti kalo ketemu ujungnya. the superman’s big sister!
dalam banget ya goa nya sampai airnya sedada kita. aman mas?
insya Allah aman kak deddy 😀 asal kita mengikuti panduan dari pemandu dan mengenakan pakaian sesuai ketentuan 😀
dalam gua ada air terjunnya itu seru, saya pengalaman begini waktu di pindul jogja
lho pindul sebelah mana mas :O
Jogja gunung kidul, mksdnya cave tubingnya kak bukan air terjunya
Sepertinya seru menguji dalamnya.
Tapi aku kok takut ya…
Rasanya sesak dadaku kalau masuk gua.
Apalagi yg berair gini.hihihi
waaa seru banget buu. ya kadang serem tapi selama mengikuti panduan insya Allah tetep aman kok bu hehehe
Rada takut sih menyusur goa, walau baru liat dari foto-fotonya aja. Misal tiba-tiba mati senternya kan serem hehe trus saya juga rada takut ruang sempit gitu
hmm kalo emang punya rasa takut sama ruang sempit sih emang jadi mikir mikir ya. hehehe. kalo misal lampu mati, pasti ada prosedurnya sendiri kak 😀
Aku belum pernah sih susur gua kayak gini, mentok gua Gong Pacitan karo Gua Akbar Tuban hahahaha. Tapi susah ya kalau mau ambil dokumentasi di dalam, kudu mumpuni aksesorise hehehe
gopro cukup kok ketok e hehehe. sok sokan ngomong cukup padahal go pro ae aku yo gak nduwe wkwk
goanya masih alami senang lihatnya
yang alami alami gini emang enak dilihat dan dirasakan juga kak winny *eh
iya kembali ke alam
Kocak adalah… menyadari kalau botol air minum kita satu persatu hilang dari genggaman, hahaha! Untung ada swiper di belakang ya, mungkin sudah sering kejadian seperti ini 😀
Koplak adalah… menyadari kalau video yang diambil selama susur gua Barat ini (pake action cam) ternyata tak ada satupun yang terekam. Card error. Hiks :/
wahahahaha iyaaa. dan kita baru sadar kalo udah ilang setelah beberapa waktu 😀
lhoo sabar kak gioo 🙁
Aku kalo masup goa yg ada sungainya suka parnoan gitu deh, gegara nonton film yg horor X_X
hahaha tenang mbak nanti pegangaaaannn.. sama mas mas pemandunya aja tapi :p
seru menegangkan, apalagi arusnya lumayan deras gitu, sungguh pengalaman yg seru mas
iyaaa seru banget wkwk
Seru banget mas petualang di sungai yang ada didalam gua jadi pengen ke sana hihi
disegerakan kaaak 😀
aku mikir kok ada ya kecamatan Ayah, berarti ada kecamatan Ibu wkwkw
Itu aliran airnya kayak deras ya mas ? apa gak ngeri ?
Sumpah susur goa gini asik, tp aku kdg ngeri juga kalo di kegelapan 😂😂 *parnoan
-Lidia
bahahahahak. awal e aku yo mikir gitu, Lid 😀
iyaa lumayan deres sih, ngeri nggak ngeri. yang penting ngikutin arahan pemandu aja 🙂
berdoa aja dulu sebelum masuk #protips
Waktu saya baca judulnya, saya kira ini goa ada di jawa barat. ternyata deket sini. dan kata barat itu pengertiannya sama dengan pengertian barat di daerah saya (brebes). Sayangnya di brebes, saya belum tahu apa ada wisata alam dalam bentuk goa di daerah kelahar saya.
udah coba ke daerah saya apa belum kakak?
Sini Bang! Brebes Ada Tempat Wisata Keren Lho!
Kalo kakak suka makan soto bisa di mari kakak
Aja Klalen, Mampir Di Kedai Soto dan Bakso Pak. Gimin Depan SMPN 3 Brebes
hahaha kalo saya mikirnya barat karena ada di barat awalnya mas.
wah.. saya belom ke brebes dan sekitarnya nih. mantap nanti mampir 😀
Kayaknya dingin banget ya mas di dalem, tapi pemandangan di gua emang eksotis.
iyaaa dingin banget mbaak. tapi emang bener pemandangannya eksotis bangeeet 😀
Oh, jadi body rafting tapi di gua bawah tanah ya. Aku pernah ke gua bawah tanah tapi nggak body rafting (yang adalah di Gua Pindul). Pernah body rafting tapi nggak di gua bawah tanah (yang adalah di Green Canyon), hahaha.
Sepertinya seru banget, tapi juga mendebarkan ya. Airnya nggak bisa langsung minum? #eh
ada yang bisa langsung diminum mas nugi. ada air tetesan langsung dari batuannya. semacam sumber gituu. bisa langsung minum. seru dan mendebarkan pastinyaaa!
wah.. dalam banget ya goa nya sampai airnya sedada kita. aman mas?
aman banget. dengan catatan kita ikuti aja perintah tim dari Gua Barat. 🙂
asyik juga kayaknya susur gua. Airnya deres tidak itu mas?
asyik banget, mas.
airnya lumayan deres. apalagi kalo semalem sebelumnya hujan. tapi aman kok. yang penting patuh sama aturan dari pengelola aja 🙂