Tidak ada yang lebih menyenangkan selain berlibur bersama kawan. Sahabat dekat yang berpisah ratusan kilometer. Sahabat dekat yang dulunya menjadi tempat bercanda, berkeluh kesah, tempat mencontek berdiskusi soal materi kuliah, bahkan menggalau mengapa energi yang dikembangkan di dunia ini adalah listrik dan bukan magnet. Namun seiring berjalannya waktu, kami harus berpisah, dipisahkan oleh jarak ratusan kilometer. Tentu untuk menjalani kehidupan masing-masing. Meski begitu, silaturahim melalui pesan-pesan di aplikasi chatting masih berjalan, saling berbagi kabar, agar tak merasa kehilangan.
Kehidupan tentu terus berjalan, kesibukan selalu datang bertubi-tubi tanpa henti. Meski begitu sesekali dia datang ke Yogyakarta untuk satu atau dua agenda saja. Waktu yang terbatas, cerita-cerita kehidupan belum tuntas untuk dikupas.

Dalam sebuah percakapan melalui pesan-pesan di Whatsapp, kami memulai pembicaraan mengenai liburan. Menyingkir sejenak dari keributan pekerjaan, menenangkan pikiran mutlak kami perlukan mengingat tingkat kesibukan kami sama-sama cukup tinggi. Bukan sebuah rencana baru, karena sejak lama kami berencana untuk berlibur bersama. Bahkan dulu tak hanya merencanakan ini berdua, melainkan dengan tiga teman kami yang lain, kami sudah menyiapkan rencana jauh-jauh hari. Mulai dari berkemah di Rancaupas dan lainnya. Persiapan kami bahkan sudah sangat matang, tapi apalah tak kunjung terlaksana. Kami terlalu lama berwacana hingga akhirnya salah seorang teman (berjenis kelamin perempuan) kami menikah. Itu artinya kami, berlima saat itu, tidak bisa lagi merencanakan bepergian bersama. Karena hal itu, kali ini aku dan Havid memilih merencanakan pergi berdua. Agar tidak sebatas wacana.
Aku yang dianggap lebih berpengalaman soal ini tentu lebih banyak berperan memberikan ide dan saran. Sementara dia hanya memberikan komentar dan pertimbangan.
Kami berdua pernah mengikuti acara bertajuk Summer School. Salah satu agenda waktu itu adalah berkunjung ke PT. Geodipa Energy yang ada di Dieng. Jadwal kami yang super padat waktu itu tak memberikan kami kesempatan untuk menikmati suasana dingin Dieng. Bahkan kami, saat itu, menginap di Wonosobo. Mau bagaimana lagi, peserta mengikuti apa yang panitia sudah siapkan.

Cerita soal Candi Arjuna, Dieng Culture Festival, Kawah Sikidang, bahkan makanan seperti Carica dan kentang yang banyak tumbuh di Dieng tampaknya membuat dia tertarik. Belum lagi magisnya matahari terbit yang dilihat dari Prau atau Sikunir.
Kami berdua adalah tipe manusia ambivert dan introvert yang tidak terlalu menyukai keramaian. Pun begitu saat traveling, kami lebih memilih untuk bepergian dengan teman yang sudah kami kenal dekat. Hal itu menjadi dasar bagi kami untuk tidak menuju Dieng saat acara Dieng Culture Festival. Bahkan sensasi menikmati matahari terbit dari Prau atau Sikunir pun kami coret. Kami lebih memilih untuk menuju Dieng pada tanggal 24 Agustus 2018 nanti dengan pertimbangan saat pascaIdul Adha itu orang lebih memilih untuk membakar sate atau mudik, sementara kami akan menikmati liburan.

Tanggal sudah ditentukan, sekarang adalah memikirkan bagaimana cara menuju dan tinggal selama di sana. Rencananya, dia akan naik pesawat menuju Yogyakarta, menginap semalam di Yogyakarta baru keesokan harinya menuju Dieng. Tentu saja mengalah karena aku masih harus masuk di hari Sabtu. Untuk urusan yang ini, aku menyerahkan penuh kepadanya. Namun sebagai teman yang baik, tentu tak meninggalkan dengan kosong. Aku memberikan pilihan beberapa aplikasi pemesanan tiket pesawat. Sementara penginapan akan kami cari terpisah secara manual seperti yang aku ketahui sampai saat ini.
Beberapa waktu berikutnya, aku bertanya kepadanya perihal tiket. Secara mengejutkan dia berkata, “Aku wes oleh tiket pesawat. Sisan sak hotelé.” (Aku sudah dapat tiket pesawat. Sekalian dengan hotelnya.)
“Aku tuku lewat Traveloka. Enak. Iso pesen pesawat karo hotel sisan. Hahaha.” (Aku beli lewat Traveloka. Enak. Bisa pesan pesawat dan hotel sekalian). Imbuhnya karena dia yakin aku pasti bertanya-tanya.
Havid mulai memamerkan hasil berburunya di Traveloka. Aku memerhatikan dengan cermat. Dari penuturannya fitur paket pesawat hotel Traveloka ini memang sangat membantu, ditambah dengan adanya promo sebesar 20%. Nanti lebihnya buat makan tempe kemul, katanya. Mantap memang kawan satu ini.

“Wah, nek ngono awakdewe kudu matur nuwun karo Traveloka iki. Pembayarané iso lewat Indomaret karo Alfamart pisan.” (Wah, kalau begitu kita harus berterima kasih kepada Traveloka ini. Pembayarannya juga bisa lewat Indomaret dan Alfamart pula.) Kataku.
“Iyo. Asal ojo wacana maneh ae.” (Iya. Asal jangan wacana lagi saja.) Tutup Havid. Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak.
Sekarang, tinggal menunggu waktunya saja. Semoga kali ini benar bukan wacana. Kalian ingin ikut? Langsung pesan, tidak usah banyak teori. Kami tunggu di Dieng!
deket nih kalau mau ke rumahku
Dalem e njenengan ki di Banjarnegara kan yaa?
yup…bener Mas,
Ahahhaha diskon 20%nya bisa buat beli tempe kemul cobaaa 😂
Semoga nggak sebatas wacana lagi, keburu ditinggal nikah mas Havid.
Hunting tempat2 sepii dong mas, ku juga ga suka yang ramai-ramai. Terus ntar ditulis di Galautraveler 😊
Hahaha lha njuk dipakai buat apaa, wkwk
Hmm nanti nek tempat sepi ditulis di sini, jadi rame, malah aku dianggep menjajah :((
wuahwuaaah. tahun lalu kitake dieng. Abis lebaran lalu bukannya ke dieng juga ya? sekarang udah berwacana ke dieng lagi. Kayaknya dieng punya tempat tersendiri di hati mas gallant hehehe
Dari kecil udah ngerti Dieng, dari peta. Udah pengen dari dulu hahaha~
keren amat hasil photomu, Dieng emang salalu keren ya
Yang mana yang keren? Lupa ngasih sumber nih *brb edit
telaga warnanya
yg ada gambar telaganya
Itu nyomot kak. Ada sumbernya hehe~
Ditunggu kisah perjalanannya ya.
Btw memang betul kalau jalan bareng ya kudu sama teman yang nyaman, sudah tahu sama tahu.
Betull. Biar nggak drama haha
Bawa aku kembali ke Dieng dong kk!!
*no money nodong*
wkwkwkwk
Pake traveloka kak, bisa hemat 20% :3
haha..belajar dari pengalaman, terkadang yang terencana dengan baik realisasinya kurang baik…tapi tanpa rencana juga menjadikan perjalanan kurang baik pula…hehe
.
salam kenal mas Gallant 🙂
Salam kenal, Mas Fajar 😀
Hahaha. Dilematis sih emang, kadang yg “berangkat kapan?” “sekarang!” malah jadi. Eh yg plan lama malah gagal. Wkwkwk
Wah mau liburan ni
Iya dong. emangnya kamu aja? :p
Pengen ke sana tapi belum kesampaian…
kalo saya pengen banget ke Labuan Bajo :p
wkwkwk
Dijamin luar biasa wisata pantainya…
aakkk pengeen
Kalo pesen hotel plus tiket pesawat di traveloka emang kadang lebih murah daripada beli ketengan. Gue juga kadang begitu pesennya. Hehe.. Wah gue blom pernah ke dieng,belum ada kesempatan. 🙁
Ayo ke Dieng, Kak!!!!
Tahun 2015 aku nanjak ke Prau. Tadinya mau sekalian eksplor Dieng, tapi nggak sempet karena molor hahaha.
Aku suka suasana ramai, suka kenalan dengan orang baru dan nggak masalah traveling bareng (atau tidur bareng, eh) sama mereka, tapi aku nggak suka kebisingan. Aku suka duduk mengamati orang2 di sudut persimpangan yang ramai, tapi nggak suka nonton konser musik. Kira-kira introvert apa ekstrovert tuh? Haha.
Hmm nggak tau. Tes MBTI dulu, Kak Nugi. Hahahaha
Aku malah belom pernah naik Prau. Akhir pekan ini nanjak prau apa ya?
Iya, udah pernah tes MBTI sama DISC. Anggap aja tadi basa-basi 😀
terus hasilnya apa? hahahaha
ekstrovert 😀
Lhaaa mbok pas kering aku dikabari biar bisa ikut. Aku asli Banjarnegara mas ya walau tidak begitu tau dengan Dieng juga wkwkwkwk
Wahaha. Pas kering, Dieng bener bener ekstrem nanti dinginnya 😀
Hehe bkn kering maksudnya itu klo pas ke dieng hihi.
Kemarin emang dinging bgt mas. Skitar dua minggu lalu saya pulang dr Semarang ke Purwokerto lewat Wonosobo rasanya mak nyossss
Wah Aku belum pernah ke Dieng, jadi ingin kesana suatu hari nanti.
amiinn. ajakin dong mzzzz
Dieng, aku pernah ke sana tahun 2016 lalu buat nonton DCF.
tahun lalu mau balik dan rencana ke Prau tapi rencananya kandas ditengah jalan.
apa balik lagi nih ya Agustus besok sekalian nonton DFC 2018? 😀
ke prau aku mau ikut, tapi kalo ke DCF enggak deh hahaha. 😀
haha kenapa mas? DFC kan seru, walau-aku-pernah-hampir-mati-karena-kedinginan haha
belum berani naik gunung euy :'(
Ha rame banget 🙁
rame udah kaya pasar ya :’
iya kak wqwqwq
aku belum pernah mbayar Traveloka via Indomaret. Sekali kali boleh dicobalah. Biasanya pakai kartu atau ATM
Aku pernaaah simpel juga hehehe 😀
Hahaahhaahh kelamaan merencanakan liburan, ujungnya ndak bakal liburan kemana mana. Sering terjadi di hidupku
Ini yang aku takutkan 🙁
Wahh makin ga sabar mau ke jogja bulan 11 ini.. hhehe
mantap baaanngg :))
semoga rencananya lancar jaya mas dan dieng pas lagi indah2nya
soalnya pernah berencana gitu juga, ke bromo. pas sampe, eh lagi mendung2nya
🙁
Dieng sekarang rasa Eropa. Muncul esnyaaa 😀
Aku juga suka suasana dieng dan prau mas. Tapi yaa itu, setiap weekend dieng (*khususnya prau) selalu penuh sesak. Pilihan ke dieng memang lebih tepat ketika weekday. Lebih sepi dan dingin. Sedingin sikapnya –“
:((((
wahhhh emang Traveloka is da best
Betul koh 😀
Aku pernah liburan ke Dieng dan enak bangetttttt! Traveloka emang top deh..
Iyaa. Simpel 😀
saya satu kali ke dieng, waktu itu dalam status waspada 1, hahaha alhasil, dieng terasa punya sendiri. nggak ada wisatawan. haya aku sama teman, dan 2 WNA yang nggak ikutan takut, heheheh
wewhh pas waspada 😮
Kalau lihat postingan wisata dieng dan foto foto disana jadi pengen kebali travel lagi. sangat nyaman banget wisata alam ke dieng, apalagi kalau udah punya istri kan enak wisata bareng keluarga.
wah bener banget, mas 🙂
adem adem jadi enaknya kemulan. eh maksudku makan tempe kemul