Alkisah pada tahun 1994, Bu Ety mendapatkan bibit kentang dari perusahaan perkebunan Belanda. Tanpa pengarahan, kentang tersebut diserahkan. Bu Ety kebingungan. Beliau tak tahu bagaimana memperlakukan bibit kentang itu. Lahan di dekat rumah akhirnya ia gunakan untuk ditanami.
Kentang tersebut bukanlah kentang biasa. Dia tumbuh dengan sangat baik di lahan Bu Ety di dataran tinggi Dieng. Pertemanan kentang dengan tanah Dieng yang subur tersebut pada akhirnya membantu Bu Ety hingga bisa sesukses sekarang.
Cerita di atas tidak semuanya fiktif. Kentang-kentang yang diberikan oleh PT Agrico dari Belanda itu membuat Bu Ety sukses menjadi produsen keripik kentang nomor satu di Dieng.

Dataran tinggi Dieng memang dikaruniai oleh tanah yang subur. Carica, kentang, cabai, wortel, dan tanaman sayuran lainnya dapat tumbuh dengan subur di sini. Tanaman-tanaman ini menjadi sumber penghasilan utama warga Dieng yang berprofesi sebagai petani. Di samping Dieng sebagai desa wisata yang terkenal dengan wisata-wisata alam dan budaya atau event Dieng Culture Festival.
Baca juga: Melihat Proses Produksi Carica di Wonosobo
Seperti cerita sebelumnya, pada tahun 1994, Bu Ety mulai menanam kentang. Kentang yang ditanam ini bukan jenis biasa. Kentang dengan varietas Agria ini adalah salah satu bibit unggul dengan ciri-ciri memiliki kadar gula dan air yang rendah, namun kadar tepungnya tinggi. Kentang jenis seperti kemudian dimasak dan banyak disajikan di gerai makanan cepat saji. Tahu kan makanan apa itu?

Kentang Agria yang memang sudah berkualitas tinggi ini tak perlu lagi dipilah. Jika terdapat cacat sedikit atau lubang pada kentang, cukup diiris untuk menghilangkan bagian cacat tersebut.
Proses produksi keripik kentang dengan merk Albaeta ini juga sederhana. Kentang yang sudah dicabut dari tanahnya kemudian dicuci. Kulit kentang dikupas lalu dicuci kembali. Proses berikutnya adalah menyiapkan wajan berisi minyak panas yang dicampur dengan air garam. Papan yang dimodifikasi dengan pisau (mirip pada pedagang es serut) diletakkan melintang di atas wajan. Kentang kemudian diiris, mirip seperti pedagang es serut menyerut esnya. Kentang digoreng selama 10 menit hingga kriuk.

Setelah 10 menit, keripik kentang diangkat dan dimasukkan ke dalam mesin spinner yang bertujuan untuk memisahkan minyak. Prinsip kerja mesin ini seperti mesin cuci kering. Atau mesin sentrifugal yang banyak digunakan untuk memisahkan konsentrat dan residu dalam proses kimia.
Bumbunya memang sederhana sekali. Hanya air garam saja. Tapi dengan proses yang minimalis tersebut, rasa asli kentang tetap terjaga.

Keripik kentang kemudian dimasukkan ke dalam kantung plastik berbagai ukuran berukuran 250 gram. Pada kegiatan packaging ini keripik kentang dipisahkan menurut tingkatan berdasarkan ukuran irisan kentang. Ukuran irisan kentang yang besar termasuk ke dalam tingkat satu atau paling bagus.

Keripik kentang kemudian dilepas ke pasar dengan harga awal sebesar Rp 32.000 untuk ukuran 250 gram. Tersedia pula satu dus keripik kentang atau seberat 1,2 kilogram (berisi enam kantung keripik ukuran 250 gram).
Dari satu kuintal kentang (100 kg) Bu Ety dapat menghasilkan sebanyak 20 kilogram keripik. Sehari, Bu Ety dapat menghasilkan tiga hingga empat kuintal kentang. Beliau selama ini membeli kentang tersebut dari petani sekitar. Tentunya petani tersebut sudah bekerja sama dengan Bu Ety sebelumnya. Petani tersebut juga menanam kentang jenis Agria dari Bu Ety. Hal ini dilakukan tentu agar kualitas keripik kentangnya tak menurun.

“Selama ini dipasarkan ke mana, Bu?” Tanya Kak Ejie.
“Yah. Nggak ke mana-mana, Mbak. Soalnya dipasarkan di sekitar sini saja sudah habis. Tapi kadang kami juga mendapat pesanan dari luar kota bahkan luar pulau seperti Balikpapan.” Tukas Bu Ety. Aku hanya melongo, bagaimana mungkin beliau tak perlu memasarkan ke tempat lain. Justru pembeli yang datang sendiri ke tempat beliau.
“Silakan, Mas, Mbak. Dicicipi keripik kentangnya.” Bu Ety menyilakan kami. Aku dan kak Ejie hanya meringis.
Beliau tak tahu jika selama proses wawancara, tangan kami tak hanya diam.
******
Acara ini dalam rangka Familiarization Trip yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 17-19 November 2017
Budheku juga bikin keripik kentang, lebih tipis dari keripik kentang kemasan itu, dan juga tentu saja aku gratis mendapatkanya, wkwkkw
Ya memang dieng subur, namun lama kelamaan lahan yang terbuka semakin melebar dan memang semakin memprihatinkan….
Bagiiii
nah iya, sha juga sediiih pas lewat pegunungannya. Gundul semua jadi lahan pertanian. Sebagai warga yg sering kena banjir. Kok prihatin banget. Mbatin.
Tapi sha juga doyan banget sm kentangnya hahahaaha di rumah diawet2 ga boleh ada yg masak 😛
Bagi dong, kentangnya :p
udah abiiis, beli lagi yok ke sana hahaha
Yuk. *gandeng
wow mantap…cobain kentang pangalengan…gan
Waahh boleh boljug itu gan. Sekalian main ke Banjaran, nya?
Kripiknya menggoda hahahhaha.
Dieng, semoga tanah subur tersebut tetatp terjaga. Tidak tergusur oleh beberapa bangunan *eh
Iyess. Kriuk kriuk enyaak
huaaaaa keripik kentang Dieng ini juaraaaa, kamu donk bantu memasarkan…jualan di IG pasti laris 😀
Itu nggak perlu dipasarkan udah pasti abis, Mbak Dita. Mau pesen ke luar kota harus pesen beberapa hari sebelumnya.
Bu Ety minta bibit kentangnya dong, wqwqwq
Bolak balik ke dieng blm pernah nyicipin kentang bu ety.. Mmmm, rugi besar nih.. Padahal kentang termasuk cemilan favku😑
Waaahh. Kan masih satu kabupaten, Kak. 😀
Iyaaaa, tapi kan jauhh dari tempatku.. Butuh waktu dua jam setengah untuk sampai di Dieng kak 🙁
Namanya juga perjuangan! WKwk
Jadi ngiler pengen kripik kentang, kripik singkong sudah terlalu mainstream *halah
Keripik kentang kriuk kriuk, Yun 😀
Masih tentang dieng nih kak. Lagi-lagi tentang makanannya juga. Boleh dikirimin ke Jakarta kak :p
Siaapp.. DM alamat aja kak. *lho
Haha, kalo serius dikasih alamat jgn sampe nyasar ya :p
Wkwkwkw. Dikasih peta biar nggak nyasar :p
enak banget keripik kentangnya, sayang lupa beli buat oleh-oleh
Iyaaaa nyesel gak beli wkwk
Kentang dieng emang paling top. Bahkan di kebun ortu ku di Bogor sempat nanem itu dan hasilnya bagus2.
Waahh. Bisa ditanam di Bogor juga ya, Mas? 😀
Bisaa..udah beberapa kali panen malah haha
semoga makin banyak lagi usaha menengah spt ini dari hasil pertanian
Aamiin. Agar petani juga sejahtera ya, Kak? 🙂
Ah ini dia kentang yang kesohor itu yah.. pengen coba deh 🙂
Yuk kak, aku dibeliin juga ya. 😀
Paling sukaa keripik kentang. Ada varian rasanya ga mas?
Nggak ada rasa-rasa kak. Masih alami rasa kentang sama air garem. Tapi asli enak banget
kayaknya tinggal di dieng enak yah, sejuk, dingin dan banyak hasil kebun yang segar2….
Oo bener banget ini. Dan damai. Haha~
umur bisa lebih panjang kayaknya tuh hahaha
Dieng sekitarnya (wonosobo dan banjarnegara) harus menjadi prioritas daerah juga untuk diperhatikan, tanahnya subur sekali tapi harusnya bercocok tanam dengan diseimbangkan pohon kerasnya supaya tercegah dari longsor. disamping itu juga acara dieng festival harus memperhatikan kapasitas kuota dan sampah yg dihasilkan. masih jadi evaluasi nih untuk dinas pariwisata setempat 🙂
Betul, Kak. 🙂
Ku belum pernah nyoba kerupuk kentangnya. Ini bisa jadi alasan untuk main ke Dieng..
Ku belum pernah nyoba kerupuk kentangnya. Ini bisa jadi alasan untuk main ke Dieng..
Ajak ajak maasss 😀
Aku pengen ke tempat wisatanya 😀
mau keripiknya kak
udah abis, kak
kak, lapar kak. pesen kentang, kak..
Laper itu makan NASI kak. :p
ihhh emoh
hahaha
Nggak pakai di keringin dulu gitu kentangnya?
Soalnya biasanya kalau lihat bikin kripik apa2 gitu seringnya dikeringin dulu supaya kadar airnya ilang. Wah kalo kaya gini termasuk cepat prosesnya.
Kalo habis digoreng ya ditiriskan dulu sih. Tapi kalo sebelum digoreng cuma dicuci aja.
panas kentang-kentang *apasih
Bhahahak. Aku dewe yo jeh ra paham kui :))
kentang Dieng memang lezat banget!
apalagi ditambah cuaca dingin di sana, makin lahap makannya 😀
Kriuk kriuk gitu, Kak Vira. 😀
Direbus, dimakan selagi hangat juga enak 😀
Aku udah sering dengar soal enaknya kentang dieng nih.. duh ngiler!
*kirimin kentang*
keripik kentang dieng enak sih, tapi kalau aku lebih suka yang kentang ala2 french fries ala dieng apalagi yang mengepul baru saja diangkat dari wajan penggorengan, hmm buket, empuk gurih dll hehehe
Waaa iya itu mesti enak banget.
Pengen nyoba. Bisa dapet dimana ya? Kayaknya enak dan beda deh.
cuma di dieng kak. atau pesen aja langsung 😀
waktu ke Dieng memang berlimpah sekali kentang ini, sampai sampai si pemilik homestay selalu menyediakan kentang goreng ke kami setiap harinya seakan tidak pernah habis. Tapi sayang saya tidak pernah merasakan keripik kentang ini 🙁
Next cobain kak 😀