Tak seperti hari libur yang lain, kali ini aku tidak lagi menarik selimut selepas salat Subuh. Tanggal merah, matahari bersinar hangat, langit biru, hari yang cerah. Kombinasi-kombinasi yang menyenangkan untuk memulai hari. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi, saatnya mencari sarapan nasi kuning dulu, baru kemudian mandi. Mengenakan kaus yang pantas dan celana, kemudian menyalakan dan memanaskan mesin motor. Sementara anak kos lain masih berkutat dengan mimpinya. Bermimpilah yang dalam, teman, karena semua berawal dari mimpi.
******

Tujuanku kali ini ke arah timur Yogyakarta, Prambanan. Menuju candi yang sudah jamak dikunjungi, Candi Prambanan. Candi bercorak Hindu terbesar ini hampir selalu ramai tak peduli itu libur atau tidak.
Di hari libur, di tengah pekan seperti ini lalu lintas Yogyakarta masih tidak terlalu padat. Apalagi masih cukup pagi. Bahkan di area parkir candi juga belum banyak bus besar yang parkir. Hanya ada beberapa mobil kecil dan satu dua bus saja. Sepertinya Candi Prambanan juga belum ramai.
Tiket masuk sudah di tangan. Pintu pemeriksaan juga bukan masalah berarti. Pengecekan tidak terlalu rumit karena memang tidak membawa apa-apa. Termasuk hati yang dicuri. Hanya tas ransel warna hitam berisi barang-barang yang tak pernah aku keluarkan. Masih pukul sembilan pagi, tapi sepertinya matahari lebih bersemangat dari hari sebelumnya. Panasnya cukup keterlaluan. Sayangnya, aku lupa membawa botol minum.
Tiket Candi Prambanan sendiri ada beberapa macam, selain dibedakan antara wisatawan nusantara dan asing, ada beberapa paket wisata yang ditawarkan. Di antaranya: Paket Prambanan – Plaosan – Sojiwan dan Paket Prambanan – Ratu Boko. Khusus Ratu Boko, tersedia shuttle yang akan mengantar ke dan dari Ratu Boko. Namun shuttle hanya beroperasi hingga pukul empat sore saja. Bagi yang ingin menikmati sunset di Ratu Boko yang terkenal itu, bisa dengan membeli paket Prambanan – Ratu Boko, tapi tak perlu ikut shuttle. Jadi bisa juga berkeliling di Prambanan dulu sampai puas, lalu ke luar, dan naik kendaraan pribadi ke Ratu Boko. Selama tiket terusan tersebut tidak hilang, tidak perlu lagi membeli tiket di Ratu Boko.
Baca juga : Swastamita Candi Ijo yang Tak Berubah
Aku melewatkan tiga candi utama Prambanan yang tinggi dan besar itu. Tujuanku bukan untuk melihat mereka, tapi bersepeda mengitari taman purbakala. Mungkin untuk yang belum tahu, Taman Purbakala (begitu yang ditulis di Wikipedia) Prambanan meliputi Kompleks Candi Prambanan, Kompleks Candi Sewu, Kompleks Candi Lumbung, dan Kompleks Candi Bubrah. Candi Sewu, Lumbung, dan Bubrah berada di sisi utara candi utama Prambanan. Jadi sebetulnya dengan harga tiket (saat itu) Rp30.000,00 untuk wisatawan nusantara, tak hanya candi utama yang bisa dinikmati melainkan candi-candi lain di sisi utaranya. Malah aku hanya memotret candi utama itu saat akan ke luar, mengakhiri kegiatan ini, sebatas formalitas.
Aku tak mengacuhkan kegagahan candi trimurti, memilih langsung menuju tempat penyewaan sepeda. Rp20.000,00 untuk satu sepeda single yang dapat digunakan selama satu jam. Ada juga sepeda yang bisa digunakan untuk dua hingga tiga orang, tentunya dengan harga yang sedikit lebih mahal. Ada juga tambahan biaya jika ingin diperpanjang waktu sewa. Meski sebetulnya tidak ada pencatat waktu yang tertempel di sepeda, tapi aku tak menyarankan untuk melebihi waktu penyewaan sepeda. Aku sendiri rasa-rasanya mengembalikan sepeda sebelum waktu satu jam berakhir. Karena aku takut kalau ternyata aku sudah melewati batas waktu peminjaman.
Untuk rute sendiri sebetulnya sudah dibuatkan oleh pihak pengelola sehingga menikmati candinya bisa berurutan. Urutan candi tersebut: Lumbung, Bubrah, Sewu. Namun jangan berpaku pada urutan tersebut, mau melihat Sewu dulu juga sah-sah saja kok.
Candi Lumbung

Bagai seorang anak yang mendapat sepeda baru setelah membantu ayah, aku girang dan mengayuh sepeda dengan semangat. Dan tentu saja, langsung mencoba memutar-mutar kenop pada sepeda, mencari ukuran roda gigi yang pas, baik roda gigi depan maupun belakang. Mungkin aku bisa saja beratraksi dengan mengangkat roda bagian depan, tapi urung karena pasti terlihat norak.
Candi Lumbung adalah candi pertama sesuai urutan dari rute sepeda. Tak terlalu jauh dari tempat peminjaman sepeda mungkin sekira seratus meter. Dalam kompleks candi hanya ada satu orang wisatawan asing dengan kamera yang cukup besar. Ia asyik memotret. Sementara aku masih berdiri di luar pagar sambil berpikir “Ini mau dipotret dari sisi mana ya?”

Si turis tadi mungkin menganggap aku menunggunya untuk bergantian memotret. Setelah melihatku, ia tersenyum dan pergi. Aku hanya membatin, “Lah?!”
Sepeda diparkir di luar pagar, tak lupa dikunci. Meski hanya ada aku (dan si turis tadi yang sudah pergi), tetap saja aku tak mau jika tiba-tiba ada Sweeper yang menyamar dan mencuri sepeda. Akupun masuk ke dalam kompleks Candi Lumbung.

Di dalam kompleks Candi Lumbung, terdapat satu bangunan yang tak utuh lagi berada di tengah. Ia dikelilingi oleh beberapa candi yang lima di antaranya masih terlihat utuh sementara sisanya sudah berupa puing-puing. Disampaikan oleh sebuah laman, Candi Lumbung terdiri dari satu candi utama dan enam belas candi perwara. Mungkin sisa candinya masih dalam bentuk reruntuhan karena gempa tahun 2006 itu.
Candi Bubrah

Matahari semakin meninggi, aku meninggalkan Candi Lumbung, mengayuh sepeda menyusuri jalan setapak, bergerak sekitar lima puluh meter ke arah utara, menuju Candi Bubrah.
Sama seperti sebelumnya, aku mengunci sepeda di luar pagar kompleks candi. Di dekat Candi Bubrah terdapat suatu bangunan berbentuk rumah seperti sebuah warung yang sudah tutup. Di situlah aku memarkir sepeda. Lumayan agar kepanasan. Seorang penjual minuman menghampiri, kebetulan sedang haus, aku memilih air mineral botol.


Candi Bubrah menjulang tinggi di tengah dengan pintu menghadap di timur. Karena aku masuk dari barat, bisa dibilang aku masuk lewat belakang. Namun memang pagar candi terbuka dari empat sisi arah mata angin. Bisa masuk dari mana saja. Aku lihat Candi Bubrah tidak memiliki candi perwara. Ia berdiri tegak di tengah dengan gagahnya.
Di dalam Candi Bubrah rupanya ada sebuah keluarga terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anaknya. Rupanya, ada juga wisatawan nusantara yang ke sini. Tak terlihat sepeda lain selain sepedaku, berarti keluarga ini berjalan kaki. Memang, di antara semua candi yang ada dalam Taman Purbakala ini, hanya Candi Prambanan yang ramai. Sisanya sepi. Kecuali Candi Sewu yang memang menjadi perhentian sementara bagi rombongan yang naik odong-odong. Itupun tidak seramai candi utama. Jadi akupun bebas berlarian ke sana ke mari, berfoto tanpa takut “bocor”.
Candi Sewu

Berada di sisi paling utara Taman Purbakala, Candi Sewu menjadi candi terakhir yang aku datangi hari itu. Matahari juga semakin meninggi, cuaca sangat cerah, tentunya sangat panas.
Sewu dalam Bahasa Jawa berarti Seribu, meski begitu, dalam papan informasi dikatakan Candi Sewu tidak sampai seribu, hanya memiliki total 249 candi. Candi Sewu, Bubrah, dan Lumbung, semuanya berlatar agama Budha. Tidak seperti Candi Prambanan.

Meski dikatakan memiliki 249 candi, tampaknya saat itu yang benar-benar utuh tidak banyak. Sisanya hancur berbentuk reruntuhan batu. Mungkin masih dalam tahap pemugaran meski aku hanya melihat pondokan kecil tempat beristirahat para “tukang” yang melompong.
Bagi yang menyewa odong-odong, Candi Sewu adalah perhentiannya. Meski odong-odong tak bisa berhenti lama, jadi pengunjung hanya dapat berfoto dari luar saja.
Di dalam kompleks Candi Sewu, sudah ada beberapa wisatawan yang didominasi oleh wisatawan asing. Itupun tak banyak dan bisa dihitung jari. Wisatawan asing tersebut pergi dengan kelompok kecil, dua hingga tiga orang saja. Bahkan tak jarang pergi sendirian seperti wisatawan asing dengan kamera besar yang aku temui di Candi Lumbung tadi. Rupanya ia telah sampai di Candi Sewu.

Tampaknya Candi Sewu masih digunakan untuk beribadah. Terlihat di sisi lain candi aku menemukan ada sekelompok kecil orang, terdiri lima orang berpakaian kasual didampingi oleh seorang berpakaian seperti biksu. Menariknya biksu ini tidak lagi bertelanjang kaki, melainkan mengenakan sepatu sneaker. Sepertinya mereka juga sudah mengikuti perkembangan zaman.
******
Matahari sudah semakin berada di atas ubun-ubun. Aku merasa sudah terlalu lama meminjam sepeda. Aku mengembalikan sepeda ke tempat asalnya. Aku sudah merasa cukup puas, meski belum semua pertanyaan terjawab. Besar harapanku supaya semua candi-candi ini dapat segera selesai dipugar dan ditambahkan informasi yang lebih lengkap. Aku akan kembali nanti, Prambanan. Aku masih punya hutang melihatmu di kala senja.
Emang cocoknya naik sepeda sih
Dulu pas aku ke sana jalan kaki, beuhhhh pegel dan panassss
Hahaha iyaa guede bangeett
Bagus banget ya gambar di salah Satu Puing di Candi Lumbung itu. aku paling suka ke candi lihta relief2nya dan sangat takjub
Wahh iyaa. Keren ya. Orang zaman dulu bisa bikin sedetail itu.
iya aku takjub banget
Suda lama ku tida ke Prambanan ._. lebi asik sepedaan beneran ya, bisa explore hampir seluruh seluk beluk Prambanan. Kalau jalan capek ._.
Hahaha yoi. Pernah jalan dari Candi Prambanan ke Lumbung terus balik aja udah ngos-ngosan. Umur tidak bisa berbohong kayaknya. Oiya komennya di-moderasi dulu bukan dimodernisasi. wkwkw
Wkwkwk ngapaaa jadi umur tidak bisa bohong wkwkwk.
OHIYAAAA, MODERASI. -________- MAAP MAAP WKWK
Tapi memang begitu kenyataannya kawan. Apalagi kalau nggak pernah olahraga pula hahaha
komen saya masuk ngga sih ._. apa dimodernisasi dulu, apa masuk spam? ._.
Masuk, Feb. Iya emang dimoderasi dulu biar nggak ada komen spam dan ketauan mana yang belum dibales 😀
Candi bubrah sudah tidak bubrah :p
Terniat sih ini nyepeda di Prambanan, eh taman purbakalanya hingga bisa mampir ke beberapa candinya. Aku masih punya cita-cita ke Candi Sewu (soalnya belum pernah sampai sana).
Satu jam nyewa sepeda itu menurutmu sudah cukup apa masih kurang mas untuk keliling-keliling?
Hahaha iya mbak niat dari dulu ini baru terlaksana. Laksanakan mbak sebelum lupa hahaha.
Kalau buat ngelilingi semua kompleksnya, cukup sih. Tapi kalau masih mau diem di candinya lama, misal mau belajar sesuatu, motret dan menikmati sepedaannya ya kurang banget si. Soalnya kompleks Prambanan itu nyaman banget sih buat sepedaan wkwk
aku masih penasaran pengen kunjungi candi-candi yang di Jogja..
wuahhh mari mari koh. banyak candi di Jogja. banyak yg masih gratis juga 😀
membaca tulisan ini kaya membaca tulisannya mas sitam. pakai bahasa aku dan sepeda. wkwkw
langitnya pas cerah banget. emang, kalau seusai dari prambanan, menuju ke candi sewu naik sepeda itu menyenangkan sekali. terakhir aku kaya gt sama ebret, 2015 po ya. haha. rindu
aku emang tiap nulis pakai kata ganti “aku” wkwk
weh wes suwi banget, dan habis ini mau nikah yo? hahah
wah udah ada peminjaman sepeda? asik bet… sepertinya ud banyak fasilitas yang ditambah yah cem shuttle ratu boko! Fix harus ke sini agi deh kalau ke jogja
Nah iyaaa ada shuttle ratu boko juga. Ada paket wisata lain juga sih di Prambanan, Ci Len. Sekarang nggak hanya Prambanan – Boko tapi juga Prambanan – Sojiwan – Plaosan 😀
Ayookk. Traktir aku lah *lho
Susur candi emang enaknya pagi-pagi sih, belum terlalu panas dan belum terlalu rame. Jadi biaa foto-foto sepuasnya.
Waah rupanya ada persewaan sepeda ya, aku baru tahu. Mungkin nanti nyoba pas ke sini. Selama ini cuma lewat doang kalo Prambanan mah wkwkwk
Paling enak dari pagi sampe sore kalau ke Prambanan. Sayangnya nyewa sepedanya per jam gitu sih. Hahaha.
Sipp jangan lupa dicoba, Mas Jo. 😀
Dulu cuma sempat foto dari luar pagarnya saja, saya lupa alasannya waktu itu kenapa kami tidak masuk 😀 wkwkwkw. Yaaaay jadi rinduuuuu …
Harganya mahal mungkin? Hahahaha.
Kalau pagi, Prambanan ini juga bagus lho, meski dari luar pagar 😀
Wuahaha mungkin karena mahal 😀 pokoknya waktu itu teman saya bilang “Sudah, dari luar saja kita fotonya”. Ya sudah akhirnya tidak masuk. Iya kalau pagi, waktu itu kita perginya jam 11an siang begitu 😀
Hahahaha. Bisa jadi karena mahal dan ramai, Kak 😀
Bisa. Bisa jadi hahahah 😀
Bisakah, kalau bawa sepeda sendiri?
Jadi biar tidak perlu sewa sendiri gitu
Sayangnya nggak bisa, Kak. Soalnya itu berada di dalam kompleks candi.
Di area candi tdiak diperbolehkan. Tapi kalau mau foto dengan latar candi dan bawa sepeda sendiri, tinggal nunggu event tour de jogja. Biasanya ada tempat khusus buat foto bareng sepeda di area prambanan.
Nahh ini dijawab sama suhu persepedaan jogja
Aku malah baru tahu kalau ada penyewaan sepeda buat keliling candi, Gal. Sepertinya menarik dan patut di coba. Berkali-kali ke Prambanan tapi belum pernah jalan sampai Candi Sewu, padahal kece juga tuh.
Kece malahan candi sewunya. Meski belum berdiri semua, alias banyak yang berbentuk reruntuhan, bagus buat foto.
Kalau sepedaan di area sih aku udah incer dari dulu. Haha
Waaaa dulu ejie jalan kaki, lant… mayan pegel. Hhheheehheh
Iyaaa pegel banget kak. Aku juga padahal baru ke candi prambanannya aja udah capek padahal masih ada candi lain di belakang.
Makanya ada penyewaan ini mantep banget jadinya.
Jadi bisa cepat sampai tujuan yak?
Yaa biar nggak capek juga hahaha.
hatimu siapa yang nyuri?? hahaha
pengalamanku disini dulu tahun 2010an apa ya, pergi sama cewek, terus banyak yang bilang, jangan pacaran disini mas entar putus loh. masih gak ya mitos ini??
Udah dicuri sama si anu. Nggak mau dibalikin pula :(((
Eh iyo aku pernah denger mitos itu, Mas. Kalau nggak salah 2015an lah. Kayak e masih. Hahaha. Temenku tuh juga gitu, ke Prambanan bareng cowoknya, sekarang udah putus :)))
berhubung dulu pas mampir kesini kondisi keuangan masih sangat diambang kepunahan, jadi ya, cuma beli tiket ke Prambanan saja. Padahal pengen beli yang terusan itu, terus mikir “wah duit e kan iso nggo tuku bensin pas mulih–lumayan” Hahaha.
Saya dulu jalan kaki. Dari parkiran, pos tiketing, sampai kompleks Prambanan aja, udah capek. Belom lagi dari prambanan terus ke jalan keluar itu. Woh, ngos-ngosan. Jadi nggak mampir – mampir ke kompleks candi lainnya. Mungkin bisa buat referensi pas kunjungan selanjutnya, kalau bisa 😀
Nahhh itu samaaaa. Dulu mikirnya gitu. Terus pas ngeliat ada penyewaan sepeda langsung, kapan kapan mau ke sini buat nyewa sepeda terus muter-muter ah.
Soalnya ya capek sih kalau muter jalan kaki tuh.
Gambarnya bagus dan cerah bangetttt. Pas sepedaan terik banget kali ya kak?
Terima kasiiihh .
Yak betulll. Tapi aku datengnya sebelum jam 10 sih jadi masih nggak begitu panas. Cuma pas kelar itu jam 12 jadi ya huihh panas haha
Hmm kapan ya bisa main kesini, padahal deket. Viemnya menarik. Enak juga sepedaan,.nggak bikin terlalu ngos ngosan ketimbang jalan
Jelaaaasss. Kalau jalan kaki jelas gempor sih. Haha.
Dua kali ke Prambanan, tapi aku gagal mengenali nama-nama candinya. Makasih Mas Gallant, jadi tahu sedikit nama-nama candi di Komplek Prambanan 🙂
Sama-sama, Uni. 🙂
Dulu pernah ke Candi Prambanan trus sewa sepeda keliling sampai Candi Sewu, bagusnya memang pas sunset sih.
Mau pamer haha, dulu aku masuk Prambanan gratis loh.
KOK BISA ITU MASUK GRATIS???!!
enak banget yah jadi traveler, jalan jalan terus, ke tempat indah, foto foto asik hehe
Hehehe. Alhamdulillah 🙂
oh, ini toh yg di capture hahaha
Wkwkwk
yess, jalan2 naik sepeda emang asik ya… plus lbh irit biaya.. hehe
Kalau dibilang irit biaya ya enggak sih. Lebih irit jalan kaki. Tapi nggak lebih capek aja 🙂
Pengen ke Candi Prambanan sejak dulu, karena gue ga mau cuma tau dari pelajaran sejarah doang, tapi pengen ke sana langsung juga. Nunggu ada yang traktir gitu… wkwkwkwkwk
Nah iya bener. Apalagi kalo ada guide gitu bisa menjelaskan masing-masing candi dan relief. Lebih mantep.
Nanti kalau ada yang mau nraktir, saya diajak juga ya, Kak 😀
dulu keliling prambanan malah lari mas, (pas ada acara lari)..hahhaha..jadi cuma lari aja, ga sempet foto-foto apalagi baca keterangan tiap candi.
seru juga kalau bisa keliling candi prambanan pakai sepeda. Mungkin waktunya bisa ditambah juga, biar ga diburu-buru waktu. Ehm, terus kalau ada paket yang dirabahkan seorang guide bakal lebih seru. Pengunjung bisa sekalian belajar sejarahnya. ga cuma sekadar foto-foto aja 😀
Prambanan Run? Wah asik tuh.
Ah.. Bener banget, Mas. Tambah guide yg bisa ngasih ilmu itu mantep
lupa mas nama event larinya apa.
kalau di tempat kayak gini, guide adalah koentji 😀
Hahaha bener mas 😀
kok murah sih, tahun ini pas mudik sha istirahat di prambanan masuknya sekitar 45-50ribu gituu cuma yang utamanya aja. Dulu pernah beli tiket terusan tp gak ke boko, terus yaa masuk ke candi yang bayar lagi tiketnya (apa tuh namanya?).
Baru tahu kalo ada sepeda, sha tiap kali ke sini gak kuat jalan muterinnya. Jadi ga pernah muterin semua area. Jogja puanaass banget! Hahaha
Kalau masuknya sih 30 ribu yang utama aja. Seingatku haha. Ada paketan Candi Prambanan – Sojiwan – Plaosan juga 🙂
Haha iya pas panas banget emang sih. 😀
Lah.. kenapa aku gak tau kalo ada penyewaan sepeda di prambanan. Setiap kali ke prambanan selalu rombongan, jadi ya jalan dan kudu ngikut😁
Hehehe iyaa. Nggak enaknya kalau rombongan ya gitu, kurang bisa memuaskan 😀
Yahkan jadi pengen ke prambanan lagi, pengen nyobain naik sepedanya ih.. Trus besok aku meh nulis Prambanan dengan sejuta kenangan judulnya, wkwk
Wwkwkw. Ya silakan, Mbak. Ditunggu tulisannya 🙂
Aku belum nyoba ke beberapa candi itu, entah mengapa rasa penasaranku sama candi-candian mulai berkurang. Terakhir ke candi ya ke Prambanan minggu lalu, itu pun rame banget bikin kepala pusing. Orang-orang berbondong selfi wkwkw
Haha iyaa aku juga ada temen yang ke Prambanan kemarin itu. Jadinya isinya bocor semua sampe sekarang nggak dipost fotonya haha. 😀
Selama ini ke candi selalu naik mobil. Kok kayaknya seru ya kalau coba naik sepeda. Lebih bisa menikmati banyak tempat secara bebas ketimbang pake mobil.
Naik mobil yang odong-odong itu? Wah iya tentu enak naik sepeda. Bisa sebebas kita meski dibatasi jam juga. Tapi dibanding dengan naik mobil, harus ikut supirnya hehe
Kalau bawa sepeda sendiri bisa ndak? mesti bayar ya?
Nggak bisa, Mbak. Karena bagaimanapun kalau bawa kendaraan pribadi harus diparkir di luar di tempat parkir. Tak terkecuali sepeda. Bisa sih bawa sepeda masuk kalau memang sedang ada event sepeda 🙂
Ini seru banget, lho. Apalagi kalau naik sepeda tandem. Hahaha.
Ahahaha. Gitu ya, Mbak?
Aku pengen nyobain naik sepeda tandem tapi nggak ada tandemnya nih :p
Wahhh dah lama banget gak ke candi ini :D, kapan yah ak bisa kesana lagi… kangen Prambanan 🙁
wahh yuk yuk main lagi, kak 🙂
Anjaaaay, kok cakep sih lan, gak ada bocor pulak.
Asik juga ya sekarang ada sewa sepeda. Terakhir masuk Prambanan kyknya 2009. Wkwkwk yaampun, sudah 10 th aja, padhal sering ngelewatin. Dan aku belum pernah ke yang Candi Lumbung & Bubrah itu kayaknya. Cm di Prambanannya, sama Candi Sewu. Hufff
Hmm gimana si??? Katanya blogger lintas provinsi hadeeeeh.
Haha iya maasss nggak akan bocor kalo di sini. Soalnya nggak ada yang main. Mayan kan cari foto ala-ala sambil minta difotoin Hannif atau Pak Pres. Bahkan di Candi Sewu juga sepi banget. Malah bule bule lho yang ke sana 😀
cuma pernah ke candi prambanan aja mas, next time mau mampir ke candi candi yg lain ah…. #jejakbiru
Silakan, Mas 🙂
Dinikmati aja 😀
Aku mengunjungi Candi Prambanan yang ke sekian kalinya justru dengan berlari. Gak jauh-jauh kok. Cuma sekitar 10 km aja. Sudah termasuk Candi Plaosan segala. Tapi puanase pol :'(
Kalo soal panas sih emang iya panas banget mas. Hahahahahaha.
Oohh yaaa Prambanan Run atau apa itu yaaa. Aku nggak kuat kalo mau ikut itu hahahah.
Soal bersepeda, aku masih di tahapan pengen jalan yang jauuuh banget dari rumah, tapi pulangnya gak mau sepedaan buahaha. Eh kalau di Yogya gini banyak destinasinya ya. Palembang juga sih, tapi tetep gak sebanyak Yogya.
Hahahaha berangkat naik sepeda pulangnya naik mobil. Enak banget itu, Om.
Destinasi buat sepedaan? Kalau di Jogja emang karena ke mana-mana “deket” mungkin 🙂
Wah, sudah lama banget belum ke Candi Prambanan. Apalagi ada fasilitas muter-muter naik sepeda. Mau! Hahahaha.
Enak, Rif. Mantaap 🙂
arca nya masih berdiri cantik, candi lumbung? baru denger nih, yampunn aku kemana aja ya.
Ahaha kalo nggak main ke dalem-dalem, mungkin ya nggak ngerti sih. 😀
Cita-cita banget sepedahan di Canti Prambanan, Mas Gallant. Waktu itu pernah mau coba, tapi keburu mengkerut kena panasnya wkwkwk~~
Wah iyaa. Kalo soal panas sih Prambanan emang panas banget