Hannif menyenggol lutut kakiku. Atau lebih tepatnya sengaja menyenggolnya. Tujuannya tentu jelas. Untuk membangunkanku. Sontak aku melihat ke luar. Sudah cukup terang di luar penginapan. Aku melihat jam. Sial! Sudah jam 5 pagi. Artinya aku bangun kesiangan.
Aku sekarang berada di Desa Benowo, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Segera saja aku menuju ke masjid tak jauh dari penginapan untuk salat subuh yang kesiangan.
Semalam, Aku bersama teman-teman blogger yang tergabung dalam Familarization Tour dari Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah tiba di Desa Benowo. Lokasinya sangat jauh di dalam. Kami harus berpindah dari bis yang mengangkut rombongan ke sebuah mobil yang telah disediakan oleh tim dari Desa Benowo.
Jalan yang ditempuh tak mulus. Banyak kelokan, tanjakan, turunan, hingga jalanan yang tidak rata. Jalan pun sempit membuat mobil kami harus berhati-hati agar tak ada masalah ketika ternyata harus bersimpangan dengan mobil lain.
Malam itu, begitu kami tiba di Desa Benowo, kami disuguhkan oleh beberapa sajian khas. Makanan tradisional seperti Buntil, minuman khas seperti Baceng (Badeg Cengkeh) – Badeg adalah minuman yang berasal dari rebusan air nira – mampu menghangatkan badan kami. Sebelum tidur, kami dipertontonkan oleh sebuah tarian Jathilan.

Kami harus bergegas tidur karena agenda kami cukup padat keesokan harinya. Dimulai dari berburu matahari terbit hingga menikmati sarapan pagi. Aku sendiri langsung tidur begitu mendapat lampu hijau untuk tidur. Hawa dingin khas pedesaan di kaki gunung memang menyegarkan. Balut tubuh dengan selimut dan sim salabim mata langsung terpejam.
Sayangnya, saat itu aku tak mendapat jatah selimut. Sehingga aku hanya berselimutkan sarung yang sudah aku persiapkan. Tak cukup untuk menepis dingin.
Sejatinya, aku tak kesiangan saat itu. Bahkan aku bisa bangun lebih pagi dari yang lain. Jam empat lewat tiga puluh menit, gara-gara dingin yang menusuk tulang – karena aku tidur paling dekat dengan pintu – membuatku terbangun. Melihat teman-teman yang lain masih tidur, aku berpikir mungkin bisa jika aku tidur lagi barang lima atau sepuluh menit.
Sialnya aku ketiduran. Beruntung Hannif membangunkanku. Jika tidak, aku akan melewatkan saat-saat magis matahari terbit dari atas Gunung Kunir.
Desa Benowo merupakan sebuah rintisan desa wisata yang terletak di Kecamatan Benowo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Lokasinya sangat jauh ke dalam. Jangankan sinyal internet, untuk berkabar menggunakan telepon atau bahkan pesan singkat pun tak bisa.
Letaknya yang terpencil memberikan keuntungan bagi desa ini. Keasrian. Dengan susahnya akses jalan, keasrian desa ini amatlah terjaga. Tempat-tempat yang direkomendasikan sebagai tempat wisata unggulan nantinya masih amat sangat terjaga keasliannya. Meski ada juga yang sudah mendapatkan polesan di beberapa bagian untuk memperindah lokasi.
GUNUNG KUNIR
Gunung Kunir sepertinya menjadi tempat yang dipersiapkan sebagai primadona Desa Benowo. Memiliki ketinggian kurang lebih sembilan ratus meter di atas permukaan laut, pengunjung dapat melihat bayang-bayang gunung lain seperti Merbabu, Sindoro, atau Sumbing jika cuaca sedang cerah. Terbayang bagaimana sejuknya hawa Desa Benowo yang berada tepat di kaki Gunung Kunir.
Semalam hujan gerimis mengguyur Desa Benowo. Mungkin bukan hujan, tapi cuma kabut lewat yang kebetulan membawa rintik uap air. Dengan turunnya kabut malam ini, aku berharap besok cuaca akan cerah. Ditambah sedikit sisa-sisa kabut yang menempel di beberapa dinding gunung, seharusnya membuat tampilan yang sedikit “mistis” saat subuh nanti.

Sayangnya, manusia cuma bisa berharap. Tuhan yang menentukan. Kabut memang menghilang. Tapi mendung justru menyergap. Menyembunyikan matahari dari pandangan kami. Aku yang bangun kesiangan hanya bisa mengutuki diri sendiri.
Untuk menuju Gunung Kunir dari penginapan kami telah disediakan jasa ojek warga sekitar. Ojek mengantar kami sampai bawah. Terdapat anak tangga yang telah disusun dengan gagang bambu sebagai pegangan. Butuh waktu barang 5 menit untuk menuju ke puncak.
Kami menunggu hingga beberapa saat. Aku seperti melihat beberapa gunung yang cukup tinggi di sisi arah timur laut. Merbabu sepertinya. Di utara, tampak pula gunung lain. Aku menduga itu Gunung Sindoro, Sumbing, atau Tidar. Entah, aku tak begitu paham soal itu. Bahkan bayang gunung yang kulihat mungkin hanya tipuan mata belaka.
Pagi semakin beranjak siang. Matahari tak jua muncul. Kami semua sudah harus menuruni anak tangga yang disediakan bagi pengunjung. Begitu sampai di bawah, kami menaiki ojek yang tadi pagi mengantarkan dari penginapan. Tujuan kami berikutnya, Curug Benowo.

CURUG BENOWO
Mari kita berandai-andai sejenak. Waktu tempuh dari penginapan ke Gunung Kunir sekira 5 menit. Sementara waktu tempuh dari penginapan ke Curug Benowo juga 5 menit. Keduanya ditempuh menggunakan ojek. Kita dapat menyimpulkan jika jarak masing-masing tempat sama, ditempuh dari penginapan. Hanya saja berbeda arah.
Kesimpulan itu dikonfirmasi oleh pengemudi ojek. Beliau mengiyakan apa yang menjadi perhitunganku.
Berbeda dengan Gunung Kunir, Curug Benowo ini lokasinya tak terlalu memerlukan tenaga untuk mencapainya. Dari tempat parkir dibutuhkan berjalan kaki kurang dari lima menit. Aku sudah pernah mengunjungi beberapa air terjun: Grojogan Sewu di Tawangmangu dan Curug Cikondang di Jawa Barat. Berbeda dari kedua air terjun ini, Curug Benowo terletak di belakang rumah salah satu penduduk. Aku membayangkan betapa tenangnya hidup di sebuah rumah yang di belakangnya langsung bertemu dengan air terjun. Kalau sedang bosan dengan kejamnya manusia, tinggal menuju belakang rumah. Mandi di curug tampaknya bisa menjadi terapi stres.

Semalam, kami mendapat kabar jika Curug Benowo tak bisa dikunjungi hari ini. Ada longsor. Namun di pagi harinya kami diperbolehkan untuk berkunjung. Benar memang berita tersebut. Di satu sisi tampak ada longsoran tanah. Cukup berbahaya jika saja pengunjung nekat untuk berkunjung saat sedang hujan deras, atau tak mematuhi peringatan dari warga.
***
Gunakan sepatu atau sandal yang nyaman akan sangat membantu untuk mengunjungi kedua tempat ini. Menggunakan sepatu heels tentu bukan pilihan bijak. Karena saat hujan, atau setelah hujan reda, jalanan akan sangat becek. Licin. Rawan tergelincir. Pakaian dapat disesuaikan keadaan.
Menuruti perintah warga desa akan sangat bijak. Melawan alam akan sangat berbahaya. Berkoordinasi dengan warga menjadi salah satu kunci. Dekatkan diri dengan masyarakat dan nikmati keramahan masyarakat desa yang hampir tak bisa kita temui di kota.
Terakhir, tak akan pernah puas jika berada di desa ini hanya satu malam. Tinggallah dua atau tiga, atau kalau perlu seminggu di desa ini. Terlalu banyak tempat menarik yang dapat dikunjungi di sini.

Untuk artikel lain dapat dibaca di:
- Hannif Andy – Harmoni Alam dan Desa Wisata Benowo
- Ardian Kusuma – Serunya Bertualang di Desa Benowo Purworejo
- Ardian Kusuma – Jeram-Jeram di Sungai Bogowonto
- Aji Sukma – Rafting Sungai Bogowonto; Wisata Seru di Kota Purworejo
- Aji Sukma – Pesona Tersembunyi dari Desa Wisata Benowo Purworejo
- Inayati Nur – #WeekendTraveling Pesona Sunset dari Gardu Pandang Goa Seplawan Purworejo
- Inayati Nur – #WeekendTraveling Desa Benowo Tawarkan Wisata Alam yang Menarik
- Utami Nandawati – Geblek dan Lompong Kuliner khas Purworejo yang Bikin Salah Kaprah
- Vanisa Desfriani – Rafting di Sungai Bogowonto
- Vanisa Desfriani – Gardu Pandang Goa Seplawan Purworejo Jawa Tengah
- Vanisa Desfriani – Berkunjung ke Desa Benowo
- Mia Kamila – Keindahan Alam dari Atas Gunung Kunir Purworejo
- Taufan Gio – Merepih Menoreh di Desa Benowo
- Imama Lavi – Momen Penghujung Hari di Batas Provinsi
- Albert Ghana – Suatu Pagi di Hutan Desa Benowo
Waa kabut tipis-tipis 🙂
apa gunung kunirnya bisa buat menyunset juga mas?
Desa Wisata Benowo menawarkan paket wisata lengkap ya? antara harmoni alam, kuliner dan kebudayaan. Di sana ketemu kembang desa enggak mas?
kalo dari puncak, keliatannya bisa mbak. soalnya puncak gunung kunirnya lowong banget bisa liat bebas utara selatan barat sama timur. 😀
betuulll. tapi untuk kerajinannya masih dirintis.
nggak ketemu mbak, datengnya malem sih. udah pada bobo kali :p
Sygnya kmrn g ikutan daftar…eh ada si ghana…seru ya..
komennya masuk spam kak. maafkan akismetku yaaa :((
iyaa seruu banget. 😀
Bukannya sudah biasa bangun kesiangan ya? Aih situ pinter kalau cari alibi hahahahhah.
Kok nggak ada foto ceweknya di sana? *eh
woooiii yang itu jangan dibocoriiiinnn -________-”
ada mas hahaha. tapi nanti diupload di instagram ae wkwk
serius….saya melewatkan kudapan paginya….saya ada dimana saat itu …huaaaa
kok saya gak nemu…aaah…..
hayolooo mas ghozali :))))
curug benowo menurutku paling kece, dr atas terlihat kecil, tapi menyebar kebawah.
iyaaa dan bisa buat mandi lho itu air terjunnya 😀
keren sayang waktu tu gk ikut hiks padahal tempatnya kece
yaaahh semoga next time bisa famtour bareng ya mbak wkwkw
Iiiih kok fotonya kece2. Aku gak di fotoin di puncak gunung Kunir 🙁
hayukk ke sini lagi nanti kufotoin mas hahahaha
untung kebagian sunrise yaak 😀
tapi masih mendung sih neng, kurang puaaaaassss :((
Asyik ya, halaman belakang ada curug, lima menit ada gunung. Benar-benar bisa jadi tempat pelarian, berlari bersama alam. Apalagi kesederhanaan dalam segelas teh hangat dan dua potong pisang rebus bisa jadi kenikmatan yang tak terganti. Beruntungnya kalian bisa merasakan kenikmatan itu Mas, mantap banget. Kalau balik ke sana semoga bisa menyaksikan sunrise secara lengkap ya, hehe.
waaaa mas Garaaa. pas banget seperti yang aku pikirkaaan. kayaknya enak banget. kayak nggak memikirkan dunia luar yang berantakan gitu kali yak #ahzeg
iyaaa aamiinn
Betul banget Mas, hehe…
Subhanallah ada artikelku, mantab pokok e mas jenengan
ben rapi mas 😀
mistisnya pasti dalem ini, ngulas panjang dengan nuansa dingin, menusuk tapi nyaman, kabut menghalau pandangan tapi indah jika dilihat dari atas. semoga tetap lestari ya
wkwkwkw nggak pakai mistis kak. hehehe. aamiiinn semoga tetep lestari
Wah memang pas dengan pemandangan yang Indah, suhu yang lumayan adem makan Pisang Rebus dan Kacang Rebus Pakai Bandreg …. wkwkwk
TOP dah !!!1
Wah, mau banget lah staycation di situ. Tinggal jauh ke dalam, sejenak menghilang dari peradaban. Menu sarapannya nikmat banget tuh, bikin kangen sama Jawa 🙁
Gunung Kunir sama Sikunir sama nggak sih?
bedaaaaa. tapi mungkin masih sodaraan kali ya Sikunir sama Kunir #ngawur
iyaa asik banget asli tinggal di sini.
Tjakep juga nih Purworejo 🙂
Ternyata byk pesonanya!
Dulu maen ke Purworejo cuma sempet ke Goa Seplawan saja.
Lain kali, harus kusamperin nih tempat2 kece lainnya
kalo kami kemaren malah kebalik kak, belum sempet ke goa seplawan karena kemaleman.
yuk kak, ajak ajak dong kalo mau ke sana lagi :p
yang adem-adem gini nih bikin demen~ apalagi kalau cuacanya cerah! Asik buat hunting foto 😀 Tapi kayaknya bulan-bulan ini ujan mulu ya~ Sampai-sampai kamera dianggurin nih, jarang kepake karena sering ujan -.-
banget mas di Gunung Kunir itu kalo cerah pasti kece. Pengen ke pantai2nya purworejo jugak 😀
kapan ini cerahnyaaa~ blitar aja tiap hari ujan T_T gak bisa cari foto bagus deh kalo gini~
hahahaha sabar mas Fahmi 😀
semoga bulan april-mei udah cerah lagi 😀
Mari sunrise-an terus basah-basahan curug asline seger, kalau waktunya bisa lebih lama hahahaha. Yo nek akses sulit mending jalan kaki dari kecamatan biar pemanasan buat mendaki gunung 😂
wakakakaka isok isok budhal saiki tekone sesuk :p
namaku disebut paling pertama. seperti syahadat aja. hahaa.
anjay hahaha
Gallant foto2nya cakep deh 😉 *minta difotoin*
Wah ternyata dirimu gak kebagian selimut? Beruntung masih bawa sarung, kebayang kalau tidak, hendak minta kehangatan sama siapa.. 😉
hahahaha iya kak Gio. sarung penyelamat bahkan bagi beberapa yang lain juga pas waktu salat wkwkwk.
yuk lah ngetrip bareng lagi kapan-kapan 😀
Aku tahu knp turun kabut…
Karena aku ngak diajak jadi suasana langit sedang sedih menungguku
hahaha bisaa bu bisaaa :”D
Iku bentar lagi penduduk yang rumahnya deket air terjun benowo bakal jadi resort, minimal homestay. Ha ha ha
wkwkwkw kayaknya sih bakal gitu. :)))