“Besok pagi, pukul 08.30 semua harus sudah berkumpul di lobi, ya?”
Begitu tutur Prof. Harwin, selaku perwakilan dari kampus, pemimpin kegiatan Summer School on Renewable Energy. Kami berada di salah satu hotel di Wonosobo. Dalam rangkaian kegiatan Summer School on Renewable Energy. Suatu program bentukan dari kerja sama antara Kyoto University dan ASEAN University Nation yang tahun ini diwakili oleh kampusku, Universitas Gadjah Mada. Total ada tiga puluh orang mahasiswa termasuk juga dosen dan pembimbing.

Salah satu program kegiatan Summer School ini adalah mengunjungi PT Geodipa Energy di Dieng. Kami akan belajar tentang salah satu sumber energi terbarukan, Geotermal.
Mengingat sebuah perjalanan pada tahun 2013 ini bukan perkara mudah. Aku harus membongkar berkas-berkas lama, mencari berkas presentasi tentang geotermal, mencari foto-foto, hingga catatan saat kunjungan. Sayangnya, yang terakhir ini tak dapat kutemukan. Jadi tulisan ini hanya lebih banyak menuliskan perjalanannya bukan ilmu yang kudapatkan.

Aku tahu, tulisan kunjungan ke PT Geodipa Energi ini akan sangat berisiko untuk dipublikasikan. Pertama, tentu berkaitan dengan rahasia dapur perusahaan. Tentang hal ini, aku sebisa mungkin menampilkan foto yang bebas dipublikasikan. Jika nanti PT Geodipa Energi membaca tulisan ini dan meminta untuk menghapus, aku tidak akan keberatan. Kedua, PLTPB ini beberapa waktu dipermasalahkan oleh masyarakat dan LSM karena merusak lingkungan. Sumber panas bumi yang berada di tengah hutan, tentunya memaksa kegiatan eksplorasi panas bumi dengan membabat hutan, sama seperti penambangan batu bara. Sebagai engineer memang bukan perkara mudah. Di satu sisi perkembangan teknologi dan energi harus terus dikembangkan untuk kemaslahatan manusia, tapi tidak dapat mengabaikan begitu saja sisi keamanan, keselamatan, lingkungan, bahkan ekonomi dan politik. Engineer harus bisa berpikir hingga ke sana.
Proses mencari sumber energi baru terus dikembangkan. Tak mungkin kita terus bergantung pada minyak bumi sebagai sumber energi. Jumlah minyak di perut bumi sudah semakin tipis. Mungkin tak sampai lima puluh tahun lagi sudah habis. Salah satu yang dapat digunakan adalah panas yang tersimpan di dalam perut bumi. Murah karena sumber energinya sudah disediakan oleh alam. Tapi tentu butuh perawatan alat yang cukup mahal. Nuklir? Solusi instan. Namun, ah, untuk sekarang janganlah kita bicara tentang nuklir di Indonesia. Bahkan di duniapun ada idiom “Silakan bangun PLTN, tapi tidak di halaman belakang kami.” (Diterjemahkan bebas dari “You may build Nuclear Power Plant, but not in my backyard).

Kami tiba di Wonosobo sehari sebelumnya (25/08/2013), pada pukul tujuh malam waktu setempat. Setelah mendapat kunci kamar masing-masing, kami segera menaruh barang bawaan, mandi, kemudian berkumpul kembali di lobi hotel untuk berangkat bersama-sama menunaikan ibadah makan malam. Makan malam di Wonosobo inilah aku mencicipi manisan Carica untuk kali pertama.
Paginya (26/08/2013), selepas sarapan, kami berangsur pindah ke sebuah bus kecil. Jalanan Dieng belum bisa dilalui oleh bus yang membawa kami dari Yogyakarta ke Wonosobo sehingga kami harus pindah ke bus yang lebih kecil lagi. Dua bus kecil dengan rute Wonosobo – Dieng yang telah kami carter membawa kami. Teman-teman dari Kyoto University segera tertidur begitu bus meninggalkan hotel.

Kami tiba di kantor PT Geodipa Energi pukul 9 lewat. Kami langsung saja masuk ke dalam ruangan untuk mendapatkan materi. Sekarang teman-teman dari Indonesia ikut tertidur begitu pemateri mulai menyampaikan materinya. Bosan. Materi yang disampaikan hampir sama dengan teori PLTPB yang disampaikan saat masih di kelas beberapa hari sebelumnya. Bedanya, di sini kami mendapatkan gambaran langsung proses yang dikerjakan oleh PT Geodipa Energi.
Penyampaian materi berlangsung selama satu jam. Mungkin hanya satu atau dua materi saja yang berhasil masuk telinga dan tersimpan dalam otak. Itupun tak berlangsung lama. Buktinya sekarang saja aku sudah lupa. Kami beranjak dari ruangan berpendingin menuju ke bus. Tujuannya adalah melihat proses dan sumur panas bumi yang dimiliki oleh PT Geodipa Energi. Kami memakai helm khas seorang engineer. Seketika aku merasa tingkat kekerenanku meningkat seratus kali lipat.
Ruangan yang dingin sangat kontras dengan kondisi di lapangan yang cerah dan panas. Namun Dieng yang tinggi membuat kami tak kepanasan. Apalagi di musim kemarau, Dieng akan menjadi lebih dingin. Bahkan terkadang akan muncul lapisan es di pagi hari. Kami menuju salah satu sumur. Jangan dibayangkan sumur tersebut seperti sumur yang ada di belakang rumah.
Di sini kami mulai terpecah tak beraturan. Masing-masing grup kecil dibimbing oleh pendamping dari PT Geodipa. Ah sudah, jangan bertanya apa yang disampaikan, ini bagian apa, atau bagian ini untuk apa. Aku sudah lupa. Lebih baik lihat saja foto-foto berikut ini.








Panas bumi adalah sumber energi yang sangat murah. Bahannya ada di dalam perut bumi, melimpah, tapi proses perawatan alat dan pipanya mahal. Panas bumi mengandung gas belerang yang mampu membuat korosi pada besi. Selain dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, panas buangan dari PLTPB ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk membuat kolam air panas.
Proses secara umum dari pengolahan panas bumi sebagai sumber energi yakni dengan memanfaatkan panas dari bumi yang berasal dari magma inti dan disalurkan oleh batuan panas. Panas ini digunakan untuk “merebus” air yang ada di dalam sumur sehingga tercipta uap-uap panas yang dimanfaatkan untuk memutar turbin pada generator. Uap yang melewati turbin didinginkan dan disalurkan kembali ke dalam tanah untuk dipanaskan ulang.

Kami kembali ke kantor tepat pukul dua belas, mengembalikan topi yang kami pakai, dan beristirahat sejenak. Cuaca di luar yang panas membuat air mineral dengan cepat habis ditenggak. Sebelum meninggalkan PT Geodipa Energi, kami menyempatkan diri untuk berfoto di depan kantor. Aku melirik ke dalam sebuah ruangan, sepertinya lobi. Ada dua orang perempuan yang aku yakin masih seumuran denganku. Aku perhatikan saja. Kemudian salah satu dari perempuan itu menoleh ke luar. Rupanya Kiki, adik kelasku semasa SMP dan SMA yang berkuliah di Universitas Brawijaya, Malang.
Kami bertukar sapa, bertanya kabar, sebab mengapa ada di sini. Aku menceritakan kalau sedang mengikuti Summer School, sementara dia akan melakukan Kerja Praktik selama satu bulan di sini. Ah suatu kebetulan memang. Jauh-jauh ke Dieng masih ketemu sama teman sendiri.
Dunia memang sempit, ya?

Disclaimer: Semua foto milik mas Yosephus Ardean. Perjalanan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2013.
Uhuk anak Nuklir iki hahhahhahaha.
Ada beberapa kunjungan itu harus ditulis, tapi tetap menjaga hal-hal yang tidak boleh dipublikasikan secara umum. Selama yang kita tulis untuk mengenalkan dan tidak menyalahi aturan dari sananya, kamu tetap aman kok. Malah bagus memberi informasi ke orang lain.
Hahaha. Sekali sekali yang masih ada hubungannya sama kuliah lah. Kangen soale
hai2 fotonya di download orang hahahaa
btw saya juga pernah ke perusahaan geothermal langsung, tepatnya di sulut saat eksplore manado eh tiba2 ketemu dengan uap panas bumi dari pertamina geothermal
waaahh. aku pengen tuh kerja di perusahaan geotermal 😀
amiiiin ahahaaa
Jodoh itu kalo ketemu temen SMP, tapi kok sudah 2013, tahun 2018 apa kabar? Hihihi
Ya memang dua mata pisau ya, gak dieksploitasi ya gak dapet energi, dieksploitasi ya dianggap merusak lingkungan. Trus kudu pie? Hahaha
Main harvest moon ae lah :p
Hahaha jodoh siapa yang tau 😀
Wehh tetanggaku ada yg kerja di PT Geodipa Energy, aku nggak pernah kepo apa yg dia kerjakan disana, baca postingan ini kok malah jd pengin kepo ya.. Wkwkwk
Ah ya, dunia memang SEMPIT kok, setuju bangeeeet😂
weh iya po mbak? wah mantap nih. bisa kali ditembusin biar bisa masuk sana *eh
Edyan kunjungannya anak nuklir wkwkwk…
Kukira ini kunjungan baru2 ini mas, ternyata udah 2013 😂😂
Aku klo lewat paiton itu ya penasaran ama isi dalamnya PLTU, kayaknya menyenangkan gt keliling di tempat semacam ini.
Temenku ada tuh yang kerja di PLTU Paiton. Yang jelas di dalemnya pasti panas sih. haha..
Ho’o lha piye. Lagi keinget e
wehh udah 2013 ini perginya? tapi masih inget detail ya, salut!
Alhamdulillaah meskipun harus buka foto-nya wwkwkw
salah satu dari hasil panas bumi yang pernah aku coba ya, waterboom di dqiano dieng, semuanya berasal dari panas bumi jadi airnya dialirkan gitu terus dibikin kolam renang dll, asyik pokoknya
Nah itu dulu pas aku ke Geodipa ini juga pernah ada singgungan katanya uap “bekas” PLTP, bisa dipakai menghangatkan kolam 😀
wuih, 5 tahun lalu dan masih inget aja ya 😀
Wah ada orang korea bisa bahasa Indonesia. :p
Alhamdulillah. Kalo yg 5 tahun masih inget, tapi seringnya yang baru 1 hari udah lupa :p
😀
Oh jadi ini cerita nostalgia toh? :p
Baguss mas, perjalanan ini diselamatkan melalui tulisan 🙂 di dalamnya banyak ilmu yang baru aku tahu. Kalau perasaan kok susah kena korosi ya?
Perasaan nggak kena korosi, tapi langsung leleh mbak.
Diperhatiin dikit aja udah leleh kan?
Iyaa, meleleh hati adek 😂
Apalagi pas sayang-sayangnya. *ini komen apa spam?* wkwk
Masuk komen mbaaaakk kwkwkw
Aduh, Wonosobo Kotanya mantan. Aduh.
Ehh gimana gimana kak? Gimana?
Belajar lapangan seperti ini Favorite aku waktu masih kuliah dulu. Lebih suka daripada duduk di kelas. Senang ya Gallant selain belajarnya menyenangkan juga dapat kawan-kawan baru
Iyaa. Jadi nggak cuma teori gitu Uni. Langsung tau realitanya gimana. Jalan-jalannya juga seneng sih. Haha
PLTB, aman nggak yah hehee…kalo di Kalimantan Selatan masih pake PLTU (batubara). Coba beralih ke PLTB aja yah kalo lebih murah dan aman.
Kalau lebih murah sih perlu kajian lebih banyak. Tapi lebih aman dan ramah lingkungan sih kalo panas bumi.
Sayangnya nggak semua tempat memiliki potensi. Biasanya yg di dataran tinggi. Heheh~
Jadi.. jadi endingnya CUMA TEMAN???
Hahaha, anyway akhirnya terungkap juga identitasmu sebagai anak nuklir, kisanak! Tak apa posting kegiatan yang lama, kan bisa sekaian melatih memori…
Hahaha, Padahal pengen sembunyi sembunyi aja. 😀
Soalnya ini berkesan banget sih, makanya masih inget 😀
Ituu sih nanti kita bicarakan kalo ketemu aja, Kak Gio. *eh
Udah lama ngga kliatan ada artikel baru,ternyata lagi persiapan study di Geotermal ya … hehehe.
Keren, punya pengalaman masuk area pengolahan tenaga uap.
Sukses,Gallant.
Bukaaan. Itu jalan udah lama kak. Hehehe.
Pengen aja sih kerja di ranah engineering gitu. heheh
Amin 😀
wahhh semoga tercapai ya 😀
Amin amin amin
Ahh paling suka deh kalau mengunjungi pembangkit listrik macam begini.. jadi makin rajin matiin lampu kalau tidak dipakai karena paham betapa rumitnya untuk menghasilkan energi listrik untuk kebutuhan sehari-hari.
#tsahhh.
Kalo aku senengnya jadi nambah pengetahuan dan nggak cuma sebatas teori. 😀
Paling asik emang kalo langsung turun lapangan seperti ini, jadi gak hanya teori semata.
Pengetahuan bertambah, pengalaman pun juga ikut bertambah 😀
beneer bangeeett
Seru. Artikel macam begini justru menarik mas, nggak semua orang tahu apa yang terjadi di balik layar, tapi banyak orang yang merasakan dampak (baik negatif maupun positif) dari suatu tempat. Artikel macam begini menambah wawasan dan melihat dari berbagai sudut pandang.
hehee beneeerrr. kadang kita nggak tau alasan di baliknya 😀
wah kamu hebat sekali belajarnya kak… berat yah topiknya hehe
masih berat beban hidup, kak Len. :”
pemanfaatan energi memang harus diutamakan… sayang kan kalau indonesia yang kaya energi alam tidak dimanfaatka untuk kebaikan bangsanya…
bener banget tapi tentunya dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan
serunya.. sebagai anak teknk aku belum pernah loh ke pabrik geothermal power station
Eh, kak Winny dulu teknik apa?
teknik industri
hoalaah wajar kak kalo teknik industri lebih ke industri. bukan energi 😀
aku baru tahu di Dieng ada Geothermal, setahuku cuma Star Energy ms. heheh
apa ituuu star energy :3
perusahaan migas mas
Huoo aku nggak tau malahan, Om 😀
Wah senang ya bisa mengunjungi geothermal. Saya belum pernah. Paling lewat saja .yg di Kamojang sama yang di Sulut, dekat Danau Linow
Wah kamojang. Pengen banget ke sana 😀
hi mas, nyasar lg ke blogmu haha
anak nuklir sedhap banget ya pelajarannya 😄
cerita yang menarik, meski sudah lama masih diceritakan dengan sangat detail. keren 🙂
Ahahaa. Nyasar yang bermanfaat ya, Kak? 😀
kalo kata anak jaman sekarang mah, berfaedah ya kak 😀
tullll~
aseeeekkk
halooo mbah anoooo